
RAKYATBENGKULU.COM - Perdagangan saham pada Jumat (25/4/2025) diperkirakan akan bergerak menguat secara terbatas seiring dengan tren positif yang terjadi di bursa saham global.
Prediksi ini disampaikan oleh Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, yang menyatakan bahwa kondisi pasar saat ini masih tergolong kondusif, meskipun dunia tengah menghadapi tantangan ekonomi dan ketidakpastian tarif.
“Sejauh ini kami menilai situasi dan kondisi yang ada sudah sangat baik. Meskipun situasi dan kondisi penuh dengan ketidakpastian tentang tarif dan prospek ekonomi, namun ketenagakerjaan masih cukup baik karena banyak perusahaan yang tidak melakukan pengurangan pegawainya dan perusahaan berubah menjadi defensif setidaknya untuk saat ini,” ujar Nico, sapaan akrabnya, dikutip dari ANTARANEWS.COM.
BACA JUGA:Nekat Oplos Gas, Pria di Pondok Labu Alami Luka Bakar Usai Ledakan Hebat
BACA JUGA:WNA Ditemukan Tewas Gantung Diri di Taman Bandara Soekarno-Hatta, Polisi Lakukan Penyelidikan
Sementara Amerika Serikat (AS) masih bergelut dengan kebijakan tarif yang ketat, China justru tampak tenang menghadapi situasi.
Nico menyebut bahwa Presiden China Xi Jinping mulai mempererat hubungan dengan Uni Eropa sebagai langkah strategis untuk menghadapi dampak penutupan ekspor ke AS.
Xi Jinping dikabarkan bersiap mencabut sanksi terhadap beberapa anggota parlemen Uni Eropa sebagai bagian dari upaya diplomatik. Rencana ini disambut positif oleh pejabat Eropa, yang kini mempertimbangkan penerapan kuota harga minimum untuk mobil listrik dari China sebagai pengganti tarif tinggi sebesar 45,3 persen yang diberlakukan tahun lalu.
BACA JUGA:Lebih Mencekam! Waktu Maghrib 2 Siap Tampilkan Teror Rombongan Jin Ummu Sibyan
BACA JUGA:Realme 14 Series 5G Siap Rilis, Bawa Performa Turnamen ke Kelas Mid-Range
Langkah China tersebut dinilai sebagai upaya untuk memisahkan arah kebijakan Uni Eropa dari AS.
Kondisi ini membuka kemungkinan terbentuknya blok perdagangan baru dan memperbesar eskalasi persaingan dagang global.
Dalam waktu dekat, sejumlah pemimpin Uni Eropa bahkan dijadwalkan mengunjungi Beijing pada Juli 2025.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyebutkan bahwa komunikasi intensif telah dilakukan dengan Perdana Menteri Li Qiang untuk membahas kerja sama ekonomi, perdagangan, green economy, hingga transformasi digital.
Dalam skenario ini, China diperkirakan akan mengalihkan barang-barang ekspor yang sebelumnya ditujukan ke AS ke pasar Uni Eropa.