Negosiasi AS-China Mandek, Tekanan Dolar AS Melemahkan Rupiah

Faktor penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, khususnya ketidakpastian dalam negosiasi tarif perdagangan antara Amerika Serikat dan China. --Dok/antaranews.com
RAKYATBENGKULU.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah, dipicu ketidakpastian negosiasi perdagangan antara AS dan China.
Pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa rupiah masih berada di bawah tekanan kuat dari dolar AS.
“Rupiah kelihatannya masih mendapatkan tekanan dari dollar AS. Berita bahwa negosiasi antara AS dan China masih belum berjalan, padahal Presiden Trump mengatakan sebaliknya, bisa memicu kekhawatiran lagi di pasar keuangan,” ujar Ariston kepada ANTARANEWS.COM di Jakarta, Senin.
BACA JUGA:Presiden Prabowo Hadiri Townhall Meeting Danantara-BUMN, Perkuat Sinergi Investasi Nasional
BACA JUGA:Petani Sawit Tagih Janji Gubernur, Aksi Damai Desak Penegakan Harga TBS di Bengkulu
Pernyataan tersebut muncul setelah Presiden AS Donald Trump, pada Kamis (24/4), menegaskan bahwa pembicaraan dagang antara AS dan China masih berlangsung, walaupun tidak merinci pihak-pihak yang berunding. Pernyataan Trump ini kemudian dibantah oleh pemerintah China.
Dalam sebuah konferensi pers, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa tidak ada konsultasi atau negosiasi tarif yang sedang berjalan antara kedua negara. Ia juga menekankan bahwa “AS harus berhenti menciptakan kebingungan”.
Guo Jiakun menambahkan, bila AS benar-benar ingin berunding, maka dialog harus dilakukan dengan prinsip “kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan”.
BACA JUGA:Terancam KPM Dicoret, Ini Syarat Terbaru Penerima Bansos Usai Pemadanan Data Nasional
BACA JUGA:Ancaman Krisis di Enggano, Pemkab Upayakan Solusi Kirim Bahan Pokok dan BBM
Sementara itu, Ariston menilai ketidakjelasan negosiasi ini terus menahan pasar. “Pasar masih menunggu perkembangan negosiasi tarif AS yang sampai sekarang belum terlihat hasilnya, meskipun AS mulai menunjukkan sikap yang lebih lunak,” ucapnya.
Berdasarkan situasi tersebut, Ariston memperkirakan kurs rupiah masih berpotensi melemah hingga menyentuh level Rp16.880 per dolar AS, dengan peluang support di kisaran Rp16.800 per dolar AS.
Adapun pada pembukaan perdagangan Senin pagi di Jakarta, rupiah tercatat melemah 7 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp16.837 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.830 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: