Trauma Bisa Menular! Ini Penjelasan Psikiater soal Secondary Trauma yang Jarang Disadari

Minggu 13-07-2025,20:34 WIB
Reporter : Peri Haryadi
Editor : Peri Haryadi
Trauma Bisa Menular! Ini Penjelasan Psikiater soal Secondary Trauma yang Jarang Disadari

JAKARTA, RAKYATBENGKULU.COM – Trauma ternyata bisa “menular”! Fenomena ini dikenal dengan istilah secondary trauma, yakni kondisi ketika seseorang ikut merasakan luka batin karena terlalu sering mendengar atau terlibat dalam cerita traumatis orang terdekat.

Hal itu disampaikan Psikiater lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta, dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, dalam peluncuran bukunya Pulih dari Trauma yang digelar di Gramedia Jalma, Jakarta, Minggu (13/7).

“Misalnya saya dengar ibu atau teman dekat mengalami kejadian traumatis, karena kedekatan emosional, saya bisa ikut merasakan sakitnya. Inilah yang disebut trauma sekunder,” jelas Jiemi, sebagaimana dilansir antaranews.com.

BACA JUGA:Pola Asuh Berubah, Banyak Anak Alami Trauma dengan Orang Tua: Ini Penjelasan Pakar

BACA JUGA:Ternyata Sup Bisa Bantu Redakan Gejala Flu! Ini Hasil Studi Terbarunya

Menurutnya, trauma sekunder berbeda dari trauma utama karena tidak berasal dari pengalaman pribadi, tetapi dari keterpaparan cerita menyakitkan yang diceritakan secara berulang.

Jiemi menambahkan, profesi seperti psikiater, polisi, atau tenaga medis juga rentan mengalami trauma sekunder karena sering berhadapan dengan kisah-kisah mengerikan dari pasien atau korban.

“Kalau narasi traumatis itu diceritakan terus-menerus, lama-lama bisa tertanam dalam memori dan dianggap sebagai realitas. Itulah yang bisa memicu trauma sekunder,” katanya.

BACA JUGA:Panggung Berubah Jadi Tangis, Seniman Legendaris Bengkulu Tutup Usia Saat Tampil Langsung

BACA JUGA:Kasus Pneumonia Naik, Pemkot Bengkulu Minta Orang Tua Jangan Anggap Remeh Batuk Pilek Anak

Namun, Jiemi juga menekankan bahwa tidak semua cerita trauma harus ditahan. Justru sebaliknya, berbagi cerita bisa menjadi jembatan untuk pemulihan.

“Kalau trauma bisa ditularkan, maka penyembuhan pun bisa ditularkan. Begitu juga dengan welas asih dan kekuatan. Jadi tidak perlu takut bercerita, asalkan tepat,” tegasnya.

BACA JUGA:Muhammadiyah Mantap Perkuat BPRS, Jadi Langkah Awal Menuju Bank Syariah Besar?

BACA JUGA:Bappenas Gandeng Unusa & ITS, Pacu Inovasi Riset untuk Capai Target SDGs Lebih Cepat

Sebagai langkah pemulihan, Jiemi menyarankan agar cerita traumatis diimbangi dengan narasi positif yang membangun, agar memori lama bisa digantikan oleh pengalaman baru yang lebih baik.

Kategori :