Draw The Line di Bengkulu, Desakan Transisi Energi Bersih yang Tak Bisa Lagi Ditunda
Desakan transisi energi bersih yang tak bisa lagi ditunda menggema dalam aksi kampanye iklim bertajuk "Draw The Line: Saatnya Energi Bersih, Bukan Janji!" --dokumen/rakyatbengkulu.com
Aksi Draw The Line di Bengkulu juga menjadi refleksi betapa krisis iklim bukan lagi isu global yang jauh di sana. Perubahan iklim telah mengetuk pintu rumah warga Bengkulu. Banjir besar, longsor, dan cuaca ekstrem semakin sering melanda.
Bagi Michelia Bano Syafitri, salah satu peserta aksi, fenomena ini nyata adanya. “Kami sering dengar istilah pemanasan global, tapi di sini kami yang langsung merasakan. Hujan deras bisa tiba-tiba datang, jalan tergenang, rumah-rumah warga rusak. Itu bukan teori, itu kenyataan hidup,” ujarnya dengan nada getir.
BACA JUGA:Astra Motor Bengkulu Hadirkan Promo Spesial Honda CB150X, Cicilan Mulai Rp1,5 Jutaan
Kondisi ini diperparah oleh emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pembakaran batubara. Alih-alih memberi solusi energi jangka panjang, PLTU justru memperbesar masalah.
Ironisnya, Bengkulu sejatinya menyimpan potensi besar energi terbarukan. Letaknya di garis pantai barat Sumatera menjadikannya kaya potensi angin.
Matahari yang bersinar terik sepanjang tahun memberi peluang pengembangan tenaga surya. Belum lagi aliran sungai besar dan hasil pertanian yang bisa dimanfaatkan sebagai biomassa.
“Transisi energi bukan hanya mungkin, tapi harus dilakukan. Sumber daya kita melimpah, tinggal kemauan politik dan keberpihakan kebijakan,” tegas Yayuk dalam orasi.
BACA JUGA:Pemerintah Pastikan UMKM dengan Omzet di Bawah Rp500 Juta Bebas Pajak
BACA JUGA:Terungkap! Inilah 3 Desa Baru Rejang Lebong yang Diusulkan Jadi Desa Antikorupsi KPK
Para peserta aksi percaya bahwa energi bersih bisa menjadi jalan keluar yang adil. Tidak hanya untuk mengurangi emisi, tetapi juga untuk membuka peluang kerja baru, memberi akses energi yang lebih merata, serta menjaga lingkungan agar tetap lestari.

Aksi Draw The Line di Bengkulu juga menjadi refleksi betapa krisis iklim bukan lagi isu global yang jauh di sana.--dokumen/rakyatbengkulu.com
Lima Tuntutan yang Menggema
Dalam pernyataan sikapnya, massa aksi menyampaikan lima tuntutan utama yang diarahkan kepada pemerintah:
1. Pemerintah pusat dan daerah untuk segera menghentikan ketergantungan pada PLTU batubara dan energi fosil, serta memulai transisi energi bersih yang adil.
2. Presiden Republik Indonesia tidak memberikan izin baru untuk tambang batubara, PLTU, dan proyek energi fosil lainnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


