Awards Disway
HONDA

Harapan yang Menjadi Keresahan, Tiga Dampak Lingkungan PLTU Batubara Teluk Sepang yang Mengancam Bengkulu

Harapan yang Menjadi Keresahan, Tiga Dampak Lingkungan PLTU Batubara Teluk Sepang yang Mengancam Bengkulu

Tiga dampak lingkungan PLTU batubara Teluk Sepang meresahkan warga Bengkulu: SUTT, pendangkalan Pulau Baai, dan pencemaran limbah FABA.--dokumen/rakyatbengkulu.com

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara Teluk Sepang yang dioperasikan oleh PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) semula digadang-gadang mampu mendorong kemandirian energi di Bengkulu. Namun, harapan itu kini berubah menjadi keresahan.

Sejumlah penelitian akademisi menunjukkan bahwa perusahaan dinilai gagal mengendalikan tiga dampak lingkungan PLTU batubara Teluk Sepang yang langsung dirasakan masyarakat di Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, hingga Seluma.

Tiga dampak tersebut meliputi persoalan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Desa Padang Kuas, pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai akibat kolam air bahang, serta pencemaran lingkungan dari pembuangan limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA).

Ayu Wijayanti, M.Si, akademisi Universitas Muhammadiyah Bengkulu, meneliti perubahan sosial yang terjadi di Desa Padang Kuas akibat pembangunan jaringan SUTT. Menurutnya, kehidupan masyarakat desa tidak lagi sama sejak menara-menara listrik itu beroperasi.

BACA JUGA:Dinas ESDM Lepas Tangan, Warga Padang Kuas Minta Gubernur Bengkulu Selesaikan Kasus SUTT PLTU Teluk Sepang

BACA JUGA:KLHK Dinilai Abaikan 16 Laporan Dugaan Kejahatan Lingkungan di 9 PLTU Batubara di Sumatera

“Ruang aman warga sudah hilang. Seratusan alat elektronik rusak, beberapa warga bahkan tersengat listrik saat hujan. Hasil penelitian menunjukkan 100 persen responden mengalami tingkat kecemasan tinggi,” ungkap Ayu saat pemaparan hasil penelitian dampak operasi PLTU batubara Teluk Sepang oleh para akademisi, yang dihadiri kalangan media, mahasiswa dan masyarakat korban terdampak proyek PLTU batubara Teluk Sepang, Selasa, 30 September 2025. 

Setiap kali hujan mengguyur, warga dihantui rasa takut. Trauma dan ketidaknyamanan itu membuat aktivitas sehari-hari menjadi terganggu.

Pessi Apriani, salah seorang warga, mengaku sejak awal beroperasi pada tahun 2019 tidak pernah ada sosialisasi dari pihak perusahaan mengenai potensi risiko jaringan SUTT.

“Kami melapor berkali-kali, tapi tidak ada langkah nyata dari perusahaan maupun pemerintah,” keluhnya.


Persoalan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di Desa Padang Kuas.--dokumen/rakyatbengkulu.com

BACA JUGA:Kerusakan Elektronik di Padang Kuas Terkuak! Akademisi Ungkap Bahaya Tersembunyi SUTT PLTU Teluk Sepang

BACA JUGA:Warga Padang Kuas Keluhkan Gangguan Kesehatan dan Kerugian Ekonomi Akibat SUTT PLTU Teluk Sepang

Dampak berikutnya datang dari kolam pembuangan air bahang yang berlokasi tidak jauh dari alur masuk Pelabuhan Pulau Baai.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: