Menebar Narasi Toleran, Cegah Radikalisme Lewat Ruang Digital
Cegah radikalisme lewat ruang digital dengan menebar narasi toleran.--ANTARA
Program melawan gerakan radikalisme dan terorisme memang tidak bisa hanya menggunakan pola-pola lama yang mengandalkan sistem tatap muka dengan menyasar masyarakat yang menjadi sasaran penguatan paham toleran dan kerukunan umat.
Kita semua harus mampu menggunakan saluran yang menjadi tren masa kini, yakni ruang digital, dengan platform media massa arus utama dan media sosial, lebih-lebih yang kontennya berbasis media video.
BACA JUGA:Persiapan Matang, Pemprov Bengkulu Siap Sukseskan Gerakan Tanam Jagung Nasional di Bengkulu Tengah
BACA JUGA:Gubernur Bengkulu Respons Tuntutan Aksi Reforma Agraria Sejati
Dunia digital adalah belantara terbuka yang isinya tidak boleh diserahkan dan dikuasai oleh radikalisme dan terorisme, dengan paham bahwa semua penduduk dunia harus satu ideologi, apalagi metode yang mereka gunakan lewat cara-cara yang mengingkari nilai-nilai perikemanusiaan.
Tampilkan Tokoh
Aksi kontra-radikslisme yang bisa dilakukan oleh aparatur pemerintah yang terkait dengan keamanan dan ketertiban di masyarakat ini harus bergerak cepat dan masif untuk mengisi ruang-ruang digital dengan konten yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan.
Tentu saja ini bukan hanya tugas pemerintah. Semua pihak harus menunjukkan kepeduliannya untuk ikut terlibat dalam ikhtiar pencegahan.
"Perebutan" ruang digital dari penguasaan kaum penganut paham radikal harus melibatkan tokoh yang memiliki pengaruh besar bagi penduduk asli media digital ini, yakni kaum milenial.
BACA JUGA:Kasus DBD di Mukomuko Turun Drastis, Dinkes Tetap Imbau Masyarakat Waspada
Para tokoh itu bisa berasal dari kalangan pemengaruh atau influencer, artis, atau kalangan muda terdidik dari kampus-kampus. Bisa juga tokoh itu berasal dari generasi muda yang pernah terlibat dalam aksi terorisme, kemudian mereka menyesali paham sesat dan menjerumuskan yang sempat mereka pilih itu.
Para mantan teroris itu bisa bercerita lebih detail mengenai jebakan-jebakan yang digunakan oleh penebar radikalisme dan terorisme untuk menggaet masyarakat lain, khususnya generasi muda, masuk dalam barisan gerakan itu.
Di luar mantan teroris, kriteria tokoh yang bisa dipilih untuk menggaungkan narasi-narasi hidup yang penuh toleran dan saling mengasihi itu bisa dari tokoh berskala nasional maupun daerah, termasuk kreator konten yang selama ini menggunakan bahasa daerah, sehingga segmennya lebih jelas.
BNPT, kepolisian, TNI, atau kementerian agama bisa menggandeng mereka untuk menyuarakan, sekaligus mengingatkan generasi muda untuk tidak mudah terpengaruh dengan konten-konten di media sosial yang isinya mengajak pada sikap untuk melawan dan mengubah sistem bernegara.
BACA JUGA:Peringati Hari Tani Nasional, Mahasiswa dan Masyarakat Gelar Aksi di Depan DPRD Bengkulu
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


