Kasus Covid-19 Menurun, Tidak Ada Dominasi Kluster, Tingkat Kesembuhan 91 Persen
BENGKULU - Memasuki akhir Agustus ini, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 menurun. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, SKM., M.KES., M. Si melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Hj. Oktomi Harlena, SKM, M.Si menjelaskan dengan menurunnya kasus Covid-19 ini, menyebabkan tidak adanya lagi dominasi kluster kasus konfirmasi.
"Sekarang, tidak terlihat lagi mana kluster yang mendominasi, yang paling tinggi. Karena kasus semakin menurun," kata Oktomi.
Ia menyampaikan dengan penurunan jumlah kasus baru, sehingga berdampak pada status zona Provinsi Bengkulu.
Sebelumnya orange kini berstatus kuning.
Penurunan kasus konfirmasi ini, tidak terlepas dari tracing dan vaksinasi yang gencar dilakukan. Sehingga untuk kluster keluarga pun menurun jumlahnya.
"Dulu memang keluarga, kebanyakan waktu akhir Juli awal Agustus itu paling banyak kluster keluarga. Dan saat itu status meningkat, tapi sekarang setelah kita tracing dan melaksanakan vaksinasi yang dikebut terus, kluster keluarga sekarang sudah menurun. Makin lama makin berkurang, di seluruh kabupaten kota," paparnya.
Berdasarkan data dari Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bengkulu kemarin ada 40 kasus baru.
Dimana untuk tambahan kasus baru ini paling banyak beralasan dari Mukomuko dengan 16 kasus, kemudian dari Kota Bengkulu, dan Bengkulu Utara masing-masing 12 kasus.
"Total kasus keseluruhan mencapai 22.412 kasus, atau sekitar 34, 8 persen dari spesimen yang diperiksa," jelasnya.
Meskipun jumlah kasus menurun, pihaknya terus melakukan tracing guna mengantisipasi penyebaran Covid-19 semakin luas.
"Kasus sembuh juga meningkatkan, hari ini ada 109 kasus sembuh. Untuk totalnya ada 19.986 Jadi angka kesembuhan sudah mencapai 89,18 persen," ungkapnya.
Sementara itu, berkenaan dengan capaian vaksinasi dari himpunan data Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bengkulu, saat ini untuk capaian vaksinasi mengalami progres yang baik.
Untuk itu, pihaknya akan terus mengebut vaksinasi ini. Apalagi, permintaan dari masyarakat saat ini telah meningkat dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Sebelumnya, Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Jaduliwan menyampaikan Pemprov Bengkulu akhir bulan Agustus ini, direncanakan akan digelar vaksinasi massal di pulau terluar Bengkulu.
"Rencananya nanti, satu dua hari ini bisa mencapai target, 70 persen masyarakat itu bisa mendapatkan vaksinasi. Jumlah keseluruhan kan sekitar 4000 an penduduk jadi sekitar 2.800 sasaran vaksinasi," jelasnya.
Kondisi Indikator Epidemiologis terus menunjukkan tren perbaikan menjelang berakhirnya PPKM Level 3-4 periode 23 hingga 29 Agustus 2021.
Diantaranya adalah pertumbuhan kasus konfirmasi positif harian yang telah turun di kisaran angka 10 ribu kasus per hari dalam dua hari terakhir.
Yakni 10.050 pada 28 Agustus lalu, kemudian 7.427 pada 29 Agustus kemarin.
Tingkat kesembuhan kembali melampaui angka 90 persen. Tepatnya 91, 4 persen per kemarin menyusul penurunan angka positivity rate secara nasional.
Dalam satu minggu terakhir, tingkat kesembuhan pasien COVID-19 menunjukkan peningkatan.
Khusus DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan angka kesembuhan COVID-19 di Ibu Kota mencapai 97,5%, atau lebih tinggi dari nasional.
“Tingginya tingkat kesembuhan pasien ini tak lepas dari perjuangan para pahlawan kita, para tenaga kesehatan juga relawan yang bekerja keras mengabdikan diri,” kata Menkominfo Johnny G Plate.
Hingga 3 Agustus 2021, menurut IDI, 640 orang dokter meninggal akibat COVID-19.
Tidak hanya para dokter, Indonesia juga kehilangan banyak tenaga kesehatan lain akibat virus ini, misalnya para perawat dan petugas di rumah sakit atau pusat isolasi.
Sementara itu, cakupan vaksinasi suntikan pertama telah mencapai angka 61 juta dosis pertama dan 34 juta dosis kedua. Namun progress angka vaksinasi harian masih belum bisa sesuai dengan harapan. Yakni 2 Juta per hari.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedoteran UI Prof. Tjandra Yoga Aditama, target yang sudah disebutkan untuk memvaksinasi 2 juta orang perhari harus benar-benar diimplementasikan di lapangan.
”Dalam hal ini akan amat baik kalau masyarakat dipermudah mendapatkan vaksin, misalnya dengan dilakukan vaksinasi COVID-19 di semua Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada di negara kita. Jadi, orang dapat di vaksin di dekat rumah dan atau tempat kerjanya secara mudah,” jelasnya.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla memperkirakan program Vaksinasi Covid-19 paling cepat selesai dalam tempo dua tahun.
Patokannya sejak program vaksinasi digulirkan pemerintah per 13 Januari 2021 lalu.
Perhitungan tersebut dia dapat dengan mempertimbangkan jumlah penduduk Indonesia.
Seperti diketahui jumlah sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Terbaru jumlah sasarannya mencapai 200 juta jiwa dan setiap orang harus disuntik dua dosis.
’’Itu artinya 400 juta dosis vaksin yang harus disuntikkan,’’ katanya dalam vaksinasi Covid-19 yang digelar Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin di Jakarta kemarin (29/8).
Pria yang akrab disapa JK itu mengatakan hitungan mudahnya kegiatan vaksinasi Covid-19 di Indonesia membutuhkan waktu 400 hari.
Dengan acuan target pemerintah satu juta suntikan vaksin setiap hari.
Kondisi ini belum menghitung rentang waktu antara suntikan dosis pertama dan kedua. Sementara itu JK mengatakan realita di lapangan rata-rata vaksinasi Covid-19 di angka 500 ribu per hari.
’’Sejak awal saya katakan sulit untuk selesai dalam waktu satu tahun. Mungkin dua tahun penyelesaiannya,’’ jelasnya.
JK yang juga ketua Umum IKA Unhas berharap semua elemen masyarakat dan perusahaan bergotong royong membantu program vaksinasi Covid-19 yang digulirkan pemerintah. Sehingga bisa segera mencapai target kekebalan komunal atau herd immunity.
JK menyampaikan selama tujuh bulan program vaksinasi Covid-19, baru terdata 90 juta dosis suntikan vaksin. Sedangkan untuk mencapai herd immunity minimal 350 juta dosis penyuntikan.
Dia lantas menyampaikan salah satu faktor yang membuat vaksinasi Covid-19 berjalan lambat di Indonesia.
Yaitu faktor rumitnya sistem administrasi pendaftaran vaksinasi. Dia berharap sistem pendaftaran vaksinasi dibuat sederhana seperti yang dilakukan di sejumlah negara.
’’Orang hanya perlu datang ke sentra vaksinasi. Tidak perlu menyertakan banyak persyaratan,’’ katanya. Di Indonesia kegiatan vaksinasi terlalu banyak prosedur administrasi. Seperti harus melakukan pendaftaran online terlebih dahulu. Bagi sebagian orang, mendaftar online ini tidak mudah. Dia berharap pemerintah tidak perlu khawatir ada masyarakat melakukan kecurangan menerima vaksin.
Menurut JK pemberian vaksin Covid-19 itu berbeda dengan pembagian sembako. ’’Kalau pembagian sembako orang mau saja menerima sampai lima kali sehari. Maka dari itu pembagian sembako harus diverifikasi,’’ jelasnya. Namun untuk pemberian vaksinasi Covid-19 tidak demikian. Masyarakat tentu tidak ingin disuntik vaksin sampai dua kali dalam sehari. Bahkan untuk mau disuntik vaksin dua kali dalam sebulan saja orang harus dirayu terlebih dahulu. ’’Jadi jangan khawatir ada kecurangan dalam menerima dosis vaksin,’’ tandasnya.
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja menyelesaikan pembahasan fatwa vaksin Pfizer. Hasilnya vaksin tersebut mengandung unsur haram. Tetapi tetap boleh digunakan karena kondisi darurat. Dengan demikian sampai saat ini hanya vaksin Sinovac saya yang memperoleh fatwa halal dari MUI. Sementara AstraZeneca, Sinopharm, dan Pfizer fatwanya haram. Tetapi ketiganya boleh digunakan karena kondisi yang mendesak.
Sekretaris Dewan Halal Nasional (DHN) MUI Nandra Hosen mengatakan sidang pleno penetapan fatwa vaksin Pfizer sudah selesai. ’’Tetapi redaksinya masih diperbaiki,’’ katanya. Dia membenarkan bahwa fatwa vaksin Pfizer adalah haram. Tetapi boleh digunakan karena pertimbangan kondisi darurat dan menjadi hajat hidup orang banyak. Baca Selanjutnya>>>
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: