TAUSIYAH: Menjadi Manusia yang Baik
BENGKULU, rakyatbengkulu.com- “Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur,” Q.S Al Baqarah ayat 185.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Bahwasanya Allah SWT menjelaskan kepada kita sempurnakan puasa kita, lengkapkankanlah bilangannya, kemudian bertakbirlah kepada Allah SWT dan bersyukur atas hidayah yang Allah berikan.
Ayat ini menjelaskan bahwasanya kembalinya kita kepada fitrah. Kita diperintah untuk bertakbir, mengagungkan asma Allah.
Ayat ini juga menggambarkan kepada kita bahwasanya, kembalinya kita menjadi fitrah yakni berharap atau diharapkan kita menjadi fitrahnya sebagai seorang manusia sebagaimana seperti ketika awal lahir.
Bagaimana fitrahnya manusia? Manusia sesungguhnya diciptakan paling sempurna dan memiliki sifat yang baik, maka dasar dari manusia adalah memiliki sifat yang baik yang oleh karena itu kita menjadi manusia yang baik.
Momentum Idul Fitri diharapkan kita menjadi manusia yang lebih baik lagi, baik dalam sikap, ucapan dan tingkah laku yang berkaitan dengan kehidupan kita.
Maka dari itu Fitri menunjukkan bahwasanya manusia itu harus kembali kepada sebagaimana mestinya yakni menjadi hamba Allah SWT, kembali menjadi manusia yang diharapkan Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, kembali fitrah ini artinya kembali kepada sunnatullah, kembali kepada apa yang diharapkan Allah SWT. Bagaimana manusia yang diharapkan Allah SWT?
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a. dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)
Kemudian bagaimana lagi manusia yang fitrah itu? ”Sebaik-baik diantara kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya,” HR. Bukhari.
Dan inilah fitrah yang dimaksud saat kita usai melewati ramadan dan kembali fitri. Bukan kendaraan yang baru, rumah yang baru tetapi sifat yang lebih baik pemikiran yang lebih baik, akidah yang lebih baik sehingga lebih dekat lagi kepada Allah SWT.
Semua orang boleh merayakan lebaran Idul Fitri, namun tidak semua orang dapat kembali menjadi fitri. Maka kebiasaan momentun Idul Fitri kita saling bermaafan namun hakikatnya adalah memperbaiki diri adalah hal utama. (jam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: