Musim Panas
Oleh : Dahlan Iskan--
Alhamdulillah TV yg dibelikan mertua saya 4 tahun lalu sudah support untuk menangkap digital broadcast tanpa STB, sekitar 2-3 bulan lalu sy coba2 untuk seqarch otomatis dan ternyata tertangkap 830 an channel. Alamak, banyak kali... Ternyata ada beberapa yg masih siaran percobaan (sepertinya TV lokal) dan beberapa yg loncat channelnya, jadi 830 itu cuma channel yg dipilih TV nya untuk broadcast... Cuma sayangnya kalau antena kena angin, channelnya langsung gelap gulita dan gak ada semut lagi kayak TV analog. Kualitas gambarnya memang top banget, bening kayak nonton pakai parabola jaman dulu , cuma masih ada stasiun TV nasional yg beberapa program siarannya masih aspek ratio tv tabung (4:3) jadinya tampilannya melar kalau dilihat di TV wide (16:9)
Juve Zhang
Abah Disway alumni Tempo, harus bangga Tempo buka berita ACT yg " revenue-nya" kelas kakap konon 750 milyar dan gaji direktur 250 juta wkwkwkwkwkw. Revenue seperti ini jelas kelas kakap mengingat Modal pokok hanya Baliho, iklan di medsos yg murah meriah. Supaya transparan suruh saja IPO go publik wkwkwkwkwk mungkin ada Komentator yg minat jadi Komisaris Independen nya gaji 100 juta wkwkkwkwk
Abdul Wahib
Rasanya bukan pak menteri yg menundukkan bos besar televisi. Tapi internet itu sendiri. Sdh lama bisnis televisi tergusur oleh yutub. Hanya generasi emak saya (60 tahun lbh usianya) yg tetap setia nonton televisi. Itupun hanya acara tertentu. Jadi, kalau skrg bos televisi pada nurut, karena mereka sdh kalah. Pasrah wae
Patrick Dimaya
di seluruh sumatera non ibukota provinsi sepertinya sama semua pak, senasib sepenanggungan.
Dahlan Batubara
Di Mandailing, Sumut, siapa yg punya tv pasti punya payung terbalik (parabola). Tak ada antena tulang ikan. Dari dulu begitu. Makanya tiap rumah pasti ada payung terbalik.
Djokher Djokhers
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: