HONDA

Surat Izin Dewan Belum Turun, 450 Siswa Terancam Putus Sekolah

Surat Izin Dewan Belum Turun, 450 Siswa Terancam Putus Sekolah

Beberapa orangtua menunggu di depan ruangan Kabid Pembina SMA Dinas Dikbud Provinsi Bengkulu kemarin. Demi mendapatkan kepastian nasib anaknya.--

BENGKULU – Karena bertahan ingin melanjutkan pendidikan di SMA Negeri, 450 siswa di Kota Bengkulu terancam putus sekolah.

Lantaran pasca penerimaan peserta didik baru (PPDB) hingga sekarang, mereka tidak mendapatkan sekolah. Sedangkan siswa ini, tidak mau melanjutkan sekolah di SMA swasta.

Dengan berbagai alasan, salah satunya masalah biaya. Ketua Penerimaan Peserta Didik (PPDB) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Bengkulu, Ronal, M.Pd mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu surat dari Komisi IV DPRD Provinsi.

BACA JUGA:Kuota PPDB di Tujuh SMAN Tak Terpenuhi

Supaya SMA yang ada di Kota Bengkulu ini diizinkan untuk menambah rombongan belajar (Rombel) atau kelas. Surat dari dewan diperlukan oleh Dikbud, dikarenakan sesuai dengan hasil kesepakan rapat antara DPRD dan Dikbud beberapa waktu lalu menyikapi hal ini. 

Dikatakannya, jika surat dari DPRD untuk penambahan Rombel itu sudah masuk ke Dikbud, maka Dikbud akan segera mengirimkan surat ke seluruh SMA di Provinsi Bengkulu untuk segera menambah Rombel. Agar siswa yang belum mendapatkan sekolah, itu segera mendapatkan sekolah untuk menempuh pendidikan.

“Untuk sementara waktu, kita menungu surat dari DPRD. Begitu suratnya turun kekita dan kita akan langsung menyurati ke setiap sekolah. Dan mudah-mudahan jika suratnya masuk hari ini (kemarin, red) besok pagi (hari ini, red) anak sudah bisa masuk Sekolah,” kata Ronal kepada RB kemarin (19/7).

BACA JUGA:PPDB Bengkulu Tengah, Ada 3 SMA Tanpa Pendaftar

Dijelaskannya, jika penambahan Rombel sudah diperbolehkan, peserta didik yang belum mendapakan sekolah, dimasukkan ke sekolah sesuai dengan jalur zonasi. “Nanti akan dimasukan ke sekolah yang sesuai dengan jualur zonasinya,” ujarnya.

Di sisi lain, orangtua murid yang belum mendapatkan sekolah, Mamat mengatakan, ia sudah sejak 4 Juli lalu meminta kepastian dari Dinas Dikbud Provinsi. Agar anaknya segera dapat sekolah dan mengikuti pembelajaran.

“Tetapi kata Diknas hari ini akan ada kepastian. Kalu belum juga ada keputusan hari ini, maka akan kita tunggu sampai keputusan itu ada,” kata Mamat.

Ia menjelasakan, bahwa jarak rumahnya ke sekolah yang dia tuju hanya 800 meter. Namun anaknya masih saja tetap tergeser dari sekolah yang berada di jalur zonasi rumahnya tersebut.

BACA JUGA:768 Calon Siswa Tak Lulus PPDB

“Pada saat itu anak kami tersingkir tepat di tanggal 4,” ungkapnya. Ia berharap kepada pemerintah, agar dapat memikirkan nasib anak-anak yang masih ingin melanjutkan pendidikan tersebut. Menurutnya jika anak-anak masih ingin bersekolah seharusnya ini didukung oleh pemerintah.

“Kalau anak itu masih ingin sekolah jangan dipersulit seperti ini. Saat anak-anak bangsa yang sudah tidak ingin sekolah lagi pemerintah mulai sibuk untuk menyuruhnya sekolah,” tutupnya.

BACA JUGA:PPDB Jalur Zonasi, Verifikasi Berkas Tetap di Sekolah

Sementara itu, walisiswa lainya, Mariani mengatakan, ia mendapatkan informasi dari Diknas provinsi kemarin akan ada putusan mengenai anak yang belum dapat sekolah.

“Hari ini kata orang dinas menunggu surat dari dewan,” katanya.

Namun, jika keputusan itu belum juga ia dapatkan kemarin maka ia merasakan kekecewaan yang sangat mendalam. Karena ia sudah mengurus untuk memasukan anaknya ke sekolah sudah lebih dari 15 hari. Namun belum ada hasil yang ia dapatkan.

BACA JUGA:PPDB Mukomuko: 409 Siswa Tak Tertampung

“Ini semua demi anak saya yang ingin sekolah. Kalau bukan karena anak tidak akan saya seperti ini,” lirihnya.

Jika dalam waktu dekat tidak ada keputusan, ia akan menyerah untuk memasukan anaknya ke sekolah. Ia akan menarik berkas anaknya dari sekolah dan dari Dikbud.

Karena selama 15 hari lebih ia mengurus sekolah anaknya Ia tidak bias bekerja. Ditimbah lagi saat ini suaminya sedang sakit dan belum bisa mencari nafkah.

“Kami mau ambil saja berkas anak kami. Capek ke Dikbud terus, sudah hampir setengah bulan tapi belum juga dapat solusi. Di rumah terbengkalai, suami sakit. Gara-gara ngurus anak mau masuk sekolah,” kata Mariani.(eng

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: