HONDA

Kisah Mahabarata: Hubungannya dengan Peran Perempuan, Konsep Surga, dan Perang Badr

Kisah Mahabarata: Hubungannya dengan Peran Perempuan, Konsep Surga, dan Perang Badr

Peran perempuan, konsep surga, dan perang Badr hubungannya dengan kisah Mahabarata.--dokumen/rakyatbengkulu.com

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Kisah Mahabarata selalu menarik untuk disimak. Bahkan menjadi serial televisi yang banyak diminati.

Serial Mahabarata telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Hal ini menunjukkan betapa luasnya daya tarik serial ini.

Ada beberapa faktor yang membuat kisah Mahabarata begitu menarik bagi penonton. Sebagian orang menontonnya karena ingin mengeksplorasi nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ceritanya.

Ada juga yang menikmati tampilan para pemeran utama, terutama Arjuna dan Drupadi, yang memukau dengan kecantikan dan ketampanan mereka.

BACA JUGA:Netflix Menghadirkan Film Dokumenter 'Ice Cold': Kisah Tragis Kopi Maut Sianida, Ini Curhatan Jessica Wongso

Selain itu, banyak yang terpikat oleh kemampuan akting para pemain dan keindahan setting dalam cerita ini. Ada juga yang menyukainya karena kombinasi dari semua faktor ini.

Namun, dalam konteks ini, Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Moh. Ainin, M.Pd menggali lebih dalam tentang hubungan kisah Mahabarata dengan aspek-aspek seperti peran perempuan, konsep surga, dan hubungannya dengan perang Badr, seperti dikutip berkarya.um.ac.id, Senin, 9 Oktober 2023.

Mahabarata dan Peran Perempuan

Dalam perspektif historis-psikologis, kisah Mahabarata, yang menceritakan perang Baratayuda antara Kurawa dan Pandawa, tidak dapat dipisahkan dari peran perempuan.

BACA JUGA:Dilindungi Khodam Raja Naga Geni, Inilah 3 Weton yang Tidak Pernah Surut Rezeki, Hidupnya Berpotensi Kaya

Sejarah mencatat peran penting perempuan dalam berbagai tahap kepemimpinan, seperti Ratu Hastinapura dan era kepemimpinan Abiyasa.

Contoh awalnya adalah kisah Prabu Sentanu Murti yang, setelah ditinggal oleh istri pertamanya, menikahi Durgandhini. Dalam pernikahan tersebut, Durgandhini menetapkan syarat bahwa pewaris tahta Hastinapura harus menjadi anaknya.

Prabu Sentanu, karena cintanya kepada Durgandhini, setuju dengan syarat tersebut. Namun, terdapat ketidakpahaman tentang siapa yang sebenarnya menjadi pewaris, apakah anak kandung Sentanu atau anak Durgandhini dari pernikahan sebelumnya.

Hal ini memicu perang antara anak-anak mereka, yang berakhir dengan Abiyasa menjadi penguasa Hastinapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: