HONDA

SEJARAH INDONESIA: Perang Nusantara, Perang Padri Perang Saudara di Minangkabau

SEJARAH INDONESIA: Perang Nusantara, Perang Padri Perang Saudara di Minangkabau

Perang Paderi merupakan perang saudara antara Kaum adat dengan Kaum Agama--Hendri/Rakyatbengkulu.com

BACA JUGA:Tanaman Jarak Pagar: Sempat Digunakan untuk Bahan Bakar Kendaraan Perang, Berikut 5 Khasiatnya untuk Kesehatan

Dikarenakan semakin terdesak, kaum Adat kemudian meminta bantuan kepada Belanda yang pada saat itu menjajah wilayah Nusantara dan termasuk juga Minangkabau.

Pada Tanggal 4 Maret 1822 masehi, pasukan Belanda yang dipimpin Letnan Kolonel Raff berhasil mengusir kaum Padri dari Kerajaan Pagaruyung di Batu Sangkar.

Letnan Kolonel Raff kemudian membangun benteng pertahanan yang bernama Fort Van der Capellen.

Pada tanggal 10 Juni 1822 masehi, pasukan Letnan Kolonel Raff dihadang oleh laskar kaum Padri, akan tetapi Belanda berhasil melanjutkan perjalanannya ke Luhak Agam.

BACA JUGA:Kisah Mahabarata: Hubungannya dengan Peran Perempuan, Konsep Surga, dan Perang Badr

Terjadi Pertempuran di daerah Baso pada tanggal 14 Agustus 1822 masehi, Kapten Goffinet dari pihak Belanda mengalami luka berat yang akhirnya meninggal pada 5 September 1822.

Adanya Perlawanan dari orang-orang Minangkabau dan kelompok Padri membuat Belanda terdesak dan akhirnya memutuskan kembali ke Batu Sangkar.

Tanggal 13 April tahun 1823, Letnan Kolonel Raff kembali menyerang ke daerah Lintau, yang merupakan markas dari pertahanan kaum Padri.

Terjadi Pertempuran yang amat sengit dan menyebabkan Belanda mundur pada tanggal 16 April 1823.

BACA JUGA:Putri Ayudya: Musik Bisa Menghentikan Perang

Letnan Kolonel Raff kemudian meminta Sultan Arifin Muningsyah datang ke Kerajaan Pagaruyung.

Akan tetapi, ditahun 1825 masehi, Sultan Arifin Muningsyah wafat.

Selanjutnya di bulan November 1825 masehi, Belanda mengajukan gencatan senjata sembari meracik strategi licik berupa Perjanjian Masang.

Pihak Belanda ketika itu sedang kewalahan dan sudah kehilangan banyak sumber daya untuk membiayai beberapa perang lain, termasuk perang melawan Pangeran Diponegoro di pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: