HONDA

SEJARAH INDONESIA: Perang Nusantara, Perang Padri Perang Saudara di Minangkabau

SEJARAH INDONESIA: Perang Nusantara, Perang Padri Perang Saudara di Minangkabau

Perang Paderi merupakan perang saudara antara Kaum adat dengan Kaum Agama--Hendri/Rakyatbengkulu.com

BACA JUGA:Kapal Perang RI Amankan Perairan Bengkulu

Ketika masa gencatan senjata inilah Tuanku Imam Bonjol yang merupakan salah satu pemimpin Kaum Padri, mengajak kaum Adat untuk bersatu melawan penjajah Belanda.

Perdamaian dan kesepakatan untuk bersatu antara kaum Padri dan kaum Adat akhirnya tercapai.

Kesepakatan damai ini diadakan di Bukit Marapalam, Kabupaten Tanah Datar, yang dikenal dengan nama "Plakat Puncak Pato".

Hasil dari kesepakatan damai ini adalah perwujudan konsensus bersama yakni Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

BACA JUGA:Ingin Kesehatan Mulut, Gigi dan Gusi Terjaga? Lakukan Tips Memilih dan Merawat Sikat Gigi Berikut Ini

Yang mempunyai arti adat Minangkabau berlandaskan kepada agama Islam, sedangkan agama Islam berlandaskan kepada Al-Qur'an.

Setelah Perang Jawa berakhir pada 1830 serta ditangkapnya Pangeran Diponegoro.

Pihak Belanda kembali memusatkan fokus ke Minangkabau.

Pasukan Belanda kemudian membangun benteng di Bukittinggi bernama Fort de Kock.

BACA JUGA:Estetik! Ini 5 Rekomendasi Keramik Dinding Dapur yang Sederhana dan Minimalis

Pada tanggal 11 Januari 1833 masehi, pertahanan Belanda ini diserang oleh pasukan gabungan dari kaum Padri dan kaum Adat.

Setelah Menyadari hal tersebut, pihak Belanda mengatur siasatnya kembali, pihak Belanda berdalih bahwa kedatangan mereka hanya untuk berdagang serta menjaga keamanan dengan rakyat Minangkabau.

Dengan siasat licik yang berujung pada penangkapan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1837 masehi.

Kemudian Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, Ambon, selanjutnya ke Minahasa sampai beliau wafat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: