HONDA

Mengenal Tradisi Ogoh-Ogoh pada Perayaan Hari Raya Nyepi, Ada Sejak Tahun 1980an

Mengenal Tradisi Ogoh-Ogoh pada Perayaan Hari Raya Nyepi, Ada Sejak Tahun 1980an

Mengenal Tradisi Ogoh-ogoh Pada Perayaan Hari Raya Nyepi Ada Sejak Tahun 1980an--Instagram/filsafat_hindu

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Mengenal tradisi ogoh-ogoh pada perayaan Hari Raya Nyepi, ada sejak tahun 1980an dan menjadi festival dalam memeriahkan upacara adat di Bali.

Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala yang ada dalam ajaran Hindu Dharma.

Bhuta Kala merupakan representasi dari kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan, yang digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan.

Raksasa besar dan menakutkan ini ialah wujud makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka berupa naga, gajah, widyadari, bahkan menyerupai orang-orang terkenal.

BACA JUGA:Ini 3 Upacara Adat yang Dilakukan di Bali dalam Menyambut Hari Raya Nyepi, Berikut Fakta Menariknya

Dalam perkembangannya ogoh-ogoh digambarkan sebagai sosok seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat yang sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. 

Menurut sejarah, ogoh-ogoh hadir di perayaan Hari Raya Nyepi sejak tahun 1980-an, festival mengelilingi desa dan membawa obor atau yang disebut acara ngerupuk umat Hindu menyatukan pada hari Nyepi.

Ketika mengadakan festival ogoh-ogoh para peserta upacara biasanya melakukan minum minuman keras tradisional yang dikenal dengan nama arak yang kemudian diarak keliling.

Biasanya ogoh-ogoh di arak menuju suatu tempat yang diberi nama sema atau tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat.

BACA JUGA:Hari Raya Nyepi, Ini Rangkaian Acaranya dan 5 Banjar Adat di Bengkulu Utara

Setelah diarak mengelilingi desa, barulah ogoh-ogoh tersebut dibakar, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama gamelan khas Bali yang diberi nama bleganjur. 

Meskipun ogoh-ogoh dicetus untuk meramaikan dalam memeriahkan upacara ngerupuk, maka ogoh-ogoh tidak mutlak ada dalam upacara Nyepi hanya menjadi pelengkap kemeriahan upacara.

Setelah festival ogoh-ogoh dibakar bermakna dalam pelaksanaan Hari Raya Nyepi sebagai lambang nyomia atau menetralisir Bhuta Kala, yaitu unsur-unsur kekuatan jahat.

Menurut pandangan Tattwa atau filsafat, Ogoh-ogoh merupakan kekuatan yang dimiliki oleh khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran tergantung pada niat luhur manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: