HONDA

Petani Lebih Memilih Pupuk Organik, Ini Bahaya Penggunaan Pupuk Kimia Berlebihan

Petani Lebih Memilih Pupuk Organik, Ini Bahaya Penggunaan Pupuk Kimia Berlebihan

Petani Lebih Memilih Pupuk Organik, Ini Bahaya Penggunaan Pupuk Kimia Berlebihan--badri/rakyatbengkulu.com

Rolis, petani asal Kelurahan Simpang Nangka, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, mengungkapkan bahwa pupuk organik atau kompos semakin diminati, terutama oleh petani sayuran. 

"Harganya jauh lebih murah dibandingkan pupuk kimia. Satu karung pupuk kohe sapi fermentasi harganya hanya Rp 25.000, sedangkan pupuk NPK mencapai Rp 18.000 per kilogram," jelasnya.

BACA JUGA:5 Sepeda Motor Bebek Honda yang Dikenal Awet dan Populer

BACA JUGA:Pembatalan Kencan Berujung Tewaskan 2 Warga Jambi, Ini Kaitannya dengan Kejadian Laka Tunggal Korban Wanita

Rolis menambahkan bahwa pupuk organik seperti kotoran ayam, kambing, sapi, hingga sekam padi dapat diolah menjadi pupuk hayati yang menambah unsur hara dalam tanah. 

"Petani di Kabupaten Rejang Lebong biasanya menggunakan pupuk kimia sebagai tambahan, sementara pupuk organik menjadi komponen utama dalam budidaya sayuran, buah-buahan, cabai, dan tanaman hias," katanya.

Penggunaan pupuk organik yang lebih banyak dibandingkan pupuk kimia sangat dianjurkan. 

Selain menekan ketergantungan pada pupuk kimia, petani juga dapat memanfaatkan bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

BACA JUGA:5 Manfaat Rumput Krokot untuk Burung Kenari

BACA JUGA:Resep Oat Beef Bulgogi Kimbap ala Chef Devina Hermawan, Kreasi Sehat dan Lezat untuk Bekal Sehari-hari

"Ini sangat menguntungkan karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Dengan semakin banyaknya petani yang beralih ke pupuk organik, kita bisa mengurangi angka penggunaan pupuk kimia di Indonesia," pungkas Rolis.

Pemanfaatan pupuk organik tidak hanya menjaga kesuburan tanah tetapi juga mendukung pertanian yang lebih berkelanjutan di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: