HONDA

Pembangunan Jembatan Dua Tahun Terbengkalai, Warga Penanding Terpaksa Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai

Pembangunan Jembatan Dua Tahun Terbengkalai, Warga Penanding Terpaksa Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai

Pembangunan Jembatan Dua Tahun Terbengkalai, Warga Penanding Terpaksa Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai--Dok/KORANRB.ID

RAKYATBENGKULU.COM - Sudah dua tahun berlalu sejak jembatan di Desa Penanding Kecamatan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah hanyut akibat banjir bandang pada 2022. 

Hingga kini, pembangunan jembatan penghubung tersebut tak kunjung direalisasikan, memaksa warga menempuh jalur berbahaya dengan rakit bambu demi aktivitas sehari-hari.

Kepala Desa Penanding, Tusim menyatakan keluhan warga terus berdatangan terkait nasib jembatan yang menjadi akses vital tersebut. 

Menurutnya, jembatan sepanjang 60 meter itu tidak hanya penting untuk aktivitas ke kebun, tetapi juga sebagai jalur utama yang mempersingkat perjalanan ke Kecamatan Semidang Lagan.

BACA JUGA:Diduga Akibat Mesin Rusak, Penggilingan Padi di Bengkulu Selatan Hangus Dilalap Api

BACA JUGA:Polisi Amankan Sopir Dump Truk, Buntut Insiden Kecelakaan Maut yang Tewasnya Bocah Kelas 6 SD di Bengkulu

“Kami sangat membutuhkan jembatan tersebut. Sebab jembatan tidak hanya untuk ke kebun, tetapi juga memperpendek jarak tempuh ke Kecamatan Semidang Lagan. Karena itu kami sangat berharap pembangunan disegerakan,” ujar Tusim.

Dengan belum adanya jembatan, warga yang memiliki kebun di seberang sungai terpaksa menggunakan rakit bambu untuk menyeberang. 

Kondisi ini menambah beban ekonomi bagi petani yang tidak memiliki rakit pribadi. 

Mereka harus merogoh kocek sebesar Rp10 ribu setiap kali menyeberang menggunakan rakit sewaan.

Lebih dari sekadar biaya, nyawa warga menjadi taruhan, terutama saat arus sungai deras. 

BACA JUGA:Tragedi Tanjakan Manula, Sopir Bus Putra Rafflesia Dimakamkan Tengah Malam, Dua Korban Belum Teridentifikasi

BACA JUGA:Fokus Bengkulu Selatan 2025, Pendidikan dan Kesehatan Jadi Prioritas Utama

Risiko ini menjadi kekhawatiran utama bagi para petani yang bergantung pada jalur tersebut untuk membawa hasil kebun mereka ke desa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: