HONDA

Sekjen PBB Tolak Keras Pemindahan Paksa di Gaza, Dunia Harus Tahu

Sekjen PBB Tolak Keras Pemindahan Paksa di Gaza, Dunia Harus Tahu

Banyak negara yang tidak setuju atas pemidahan paksa warga palestina termasuk PBB--instagram/volix.media

RAKYATBENGKULU.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menegaskan penolakannya terhadap setiap usulan yang berkaitan dengan pemindahan paksa atau "pembersihan etnis" di Gaza. 

Pernyataan ini disampaikan melalui juru bicara PBB, Farhan Haq, yang menanggapi rencana Presiden AS Donald Trump mengenai pemindahan penduduk Gaza.

“Jelas Sekretaris Jenderal  Guterres tidak setuju dengan apa pun yang melibatkan pemindahan paksa penduduk Palestina,” kata Haq dalam pengarahan PBB pada Senin 10 Februari 2025 dikutip AntaraNews.com.

Pernyataan tersebut merespons pernyataan Trump yang mengusulkan agar Gaza diambil alih dan tidak membolehkan penduduk Palestina kembali ke daerah kantong Palestina tersebut.

BACA JUGA:Rencana Pemberhentian Tenaga Non-ASN di Bengkulu Utara, Komisi I DPRD Gelar RDP dengan BKPSDM

BACA JUGA:Circle Makin Sempit, Pertemanan Kian Langka! Apa yang Sebabkan Ini?

Sebelumnya, Guterres sudah menyampaikan penolakan tegas terhadap segala bentuk usaha yang bisa berujung pada "pembersihan etnis" terhadap warga Palestina. 

"Minggu lalu, Antonio Guterres telah tegaskan posisinya bahwa tidak ada upaya menangani warga Palestina yang mengharuskan adanya pembersihan etnis," lanjut Haq. 

Penegasan ini menunjukkan sikap tegas PBB terhadap segala kebijakan yang bisa merugikan hak-hak warga Palestina di wilayah Gaza.

Rencana kontroversial dari Presiden AS Donald Trump ini semakin memicu ketegangan internasional.

Trump mengklaim bahwa ia dapat memaksa Mesir dan Yordania untuk menerima pengungsi Palestina yang direlokasi dari Gaza. 

BACA JUGA:Penjelasan Ilmiah: Mengapa Bonding Nenek dan Cucu Lebih Erat Dibandingkan dengan Orang Tuanya?

BACA JUGA:Pilih dengan Bijak! Makanan Terbaik Saat Buka Puasa untuk Kesehatan dan Energi

Namun, klaim tersebut dengan cepat dibantah oleh kedua negara, serta rakyat Palestina yang menolak rencana tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: