HONDA

Dinamika Harga Properti ASEAN: Singapura Stabil, Indonesia Punya Potensi Jangka Panjang

Dinamika Harga Properti ASEAN: Singapura Stabil, Indonesia Punya Potensi Jangka Panjang

Pergerakan harga properti di Singapura, Malaysia, dan Indonesia menunjukkan dinamika yang mencerminkan kekuatan struktural.--Dok/antaranews.com

Sementara itu, Malaysia dan Indonesia menghadapi tantangan lebih besar. 

Malaysia mencatat pertumbuhan nominal properti 47,7 persen, namun setelah dikoreksi inflasi dan depresiasi ringgit Malaysia (MYR), nilainya nyaris stagnan.

Pasar properti Malaysia berkembang pesat, dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 217,46 miliar ringgit pada awal 2024, melampaui target awal, menurut New Straits Times. 

Namun, ketimpangan tetap terjadi antara kelebihan pasokan properti mewah dan kelangkaan hunian terjangkau.

Kebijakan seperti Malaysia My Second Home (MM2H) memang menarik investasi asing, tetapi belum mampu menggerakkan keseluruhan pasar.

Di sisi lain, Indonesia mengalami pertumbuhan harga properti sekitar 20 persen secara nominal dalam satu dekade, namun beberapa tahun mencatat penurunan riil setelah disesuaikan inflasi. 

BACA JUGA:Bersih-Bersih Kota! Polresta Bengkulu dan Pemkot Tertibkan Warung Miras dan Aktivitas Negatif

BACA JUGA:Mencekam! Buaya Pemangsa Anak di Sungai Sangatta Akhirnya Berhasil Ditangkap, Warga Diminta Jauhi Sungai

Depresiasi rupiah terhadap dolar AS sebesar 33 persen memperburuk imbal hasil riil bagi investor asing.

Meski demikian, ada titik cerah di Indonesia. Kawasan-kawasan dekat proyek infrastruktur besar seperti kereta cepat menunjukkan pertumbuhan dua digit. 

Sektor properti wisata di Bali pun mulai pulih, menawarkan imbal hasil sewa 5–7 persen, menjadi titik terang dalam pasar yang umumnya lesu.

Menurut Ketua Umum Afiliasi Global Ritel Indonesia (AGRA) Roy N. Mandey, sektor properti di Indonesia diproyeksikan tetap stabil meski dunia menghadapi ketidakpastian global. 

“Investasi properti pada sektor residensial dan komersial diprediksi tumbuh 15-18 persen yoy pada 2025, dengan kontribusi terhadap PDB meningkat dari 10 persen pada 2024, menjadi 11,5 persen pada 2025,” katanya.

Dalam menghadapi harga properti yang terus meroket di kawasan inti seperti Marina Bay di Singapura, Segitiga Emas di Jakarta, atau pusat Kuala Lumpur, sebagian besar investor ritel kini mulai beralih ke Real Estate Investment Trusts (REITs).

REITs menjadi alternatif yang rasional karena memungkinkan investor kecil memiliki bagian dalam properti bernilai tinggi dan menikmati dividen tanpa harus membeli properti fisik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: