Pengamat Ekonomi: Program Bersifat Taktis dan Strategis Dorong Pemulihan Ekonomi Bengkulu

Minggu 29-11-2020,07:29 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

BENGKULU - Pengamat Ekonomi Bengkulu Ridwan Nurazi mengatakan, dari berbagai upaya pemeritah dalam memulihkan perekonomian masyarakat ditengah pandemi Covid-19, sejauh ini jelas telah memberikan kontraksi ekonomi cukup baik. Salah satunya Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang terus digalakkan Pemerintah Pusat bekerjasama Pemerintah Daerah (Pemda), baik Pemda Provinsi maupun Kabupaten-Kota. Lanjut Ridwan Nurazi yang juga merupakan Rektor Universitas Bengkulu (Unib) ini, PEN harus didukung karena bertujuan membantu perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu, setiap diinas teknis tanpa terkecuali harus mendukung program ini secara militan dengan cara melaksanakan Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang telah dialokasikan. “Caranya, APBN dan APBD yang sudah dialokasikan ke dinas teknis harus segera dilaksanakan sejak Januari 2021 dan jangan ditunda-tunda. Pelaksanaan anggaran segera secara tidak langsung membantu masyarakat. Selalu bersemangat dan positive thinking menghadapi era new normal ini,” jelas Ridwan Nurazi, Sabtu (28/11). Terhadap dukungan menggeliatkan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), menurut Ridwan, hal tersebut telah sangat baik dilaksanakan pemerintah, seperti dengan penyaluran Bantuan Presiden (Banpres) senilai Rp 2,4 juta, pemberian Kartu Prakerja serta beberapa bantuan dalam bentuk pendampingan maupun insentif lainnya. “Memang betul UMKM adalah sektor yang sangat terdampak Covid-19. Karena UMKM adalah tulang punggung ekonomi nasional, tidak ada jalan lain harus yang paling utama dibantu. Program Banpres Rp 2,4 juta/ UMKM harus tepat sasaran dan dipergunakan sesuai peruntukannya. Kebijakan Pemprov Bengkulu sudah In-Line (sejalan) mendorong pemulihan ekonomi. Program yang bersifat taktis dan strategis akan mendorong pemulihan ekonomi Bengkulu,” imbuhnya. Sementara itu, peran Perguruan Tinggi (PT) lanjut Rektor Unib ini, juga sangat menentukan terkait upaya pemulihan disegala sektor khususnya pemulihan ekonomi. Diantaranya turut perperan aktif dalam sosialisasi tentang PEN tersebut. Sehingga masyarakat lebih cepat mendapatkan akses, khususnya pelaku UMKM dalam mendapatkan bantuan permodalan dan pembinaan. “Peran PT adalah ikut melakukan sosialisasi, edukasi serta pencerahan, kritis dan solutif tentang program pemerintah. Hal yang baik harus dikatakan baik, menghindari hoax yang tidak bertanggung jawab dan tendensius,” tandasnya. Hal senada juga diungkapkan Pengamat Ekonomi Yulfiperius. Dikatakannya dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian daerah, nasional dan global sangat terasa pada triwulan II tahun 2020. Triwulan I tahun 2020, ekonomi nasional masih tumbuh 2,97%, walau turun dibandingkan dengan triwulan I tahun 2019 yang sebesar 5,07. Hal ini terjadi karena pengaruh eksternal di mana Covid-19 sudah merebak di hampir seluruh negara di dunia. “Keadaan ekonomi Indonesia tersebut masih lebih bagus di tingkat regional maupun dunia. Beberapa negara mengalami kontraksi yang sangat dalam misalnya Singapura sebesar 41,2 persen, Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10 persen, dan Inggris sekitar 15 persen,” jelas Yulfiperius yang juga merupakan Rektor Unihaz Bengkulu ini. Pada triwulan II, walaupun belum ada data resmi, Indonesia diperkirakan mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi negatif) sekitar 3%. Hal ini terjadi karena kebijakan social distancing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baru di mulai pada pertengahan Maret. Social distancing dan PSBB tersebut sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi, terutama di provinsi-provinsi maju di Indonesia. Sementara itu, Bank Dunia memprediksi ekonomi global pada tahun 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 5,2 persen dan Indonesia 0,3 persen yang merupakan negara kedua terbaik ekonominya sesudah Vietnam yang diperkirakan pertumbuhan ekonominya positif. Khusus pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu, diungkapkan Yulfi berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu 5/11/2020, pandemi Covid-19 masih berdampak terhadap kegiatan perekonomian pada triwulan III-2020. Perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan III-2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 18,60 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp 11,64 triliun. Ekonomi Provinsi Bengkulu triwulan III-2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,09 persen dibandingkan triwulan III-2019 (y-on-y). Dari sisi produksi, lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 5,14 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi, sebesar 4,88 persen. Ekonomi Provinsi Bengkulu triwulan III-2020 tumbuh sebesar 1,65 persen dibandingkan triwulan II-2020 (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 16,42 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 8,98 persen. Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan III-2020 masih didominasi oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 28,00 persen. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 14,31 persen dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,18 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran masih didominasi oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 62,32 persen. “Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera, Provinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi (y-on-y) terkecil, yakni sebesar 0,09 persen. Sedangkan, provinsi dengan kontraksi terbesar di Pulau Sumatera adalah Kepulauan Riau sebesar 5,81 persen,” terangnya. Bank Indonesia Optimis Ekonomi Bengkulu 2021 Terus Membaik Meluasnya dampak pandemi COVID-19 memengaruhi pertumbuhan ekonomi Bengkulu. Pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada triwulan II 2020 terkontraksi sebesar -0,48% (yoy), berbeda arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,80% (yoy). Dari sisi penggunaan, kontraksi tersebut bersumber dari menurunnya kinerja seluruh komponennya, dengan andil terbesar berasal dari kinerja ekspor (andil -2,40% yoy), diikuti konsumsi pemerintah (andil -1,20% yoy) dan kinerja investasi (andil -0,85% yoy). Dari sisi lapangan usaha (LU), kontraksi bersumber dari menurunnya kinerja mayoritas LU utama daerah, dengan andil terbesar berasal dari LU transportasi dan pergudangan (andil -0,91% yoy), diikuti LU perdagangan besar dan eceran (andil -0,70% yoy). Secara umum, dampak COVID-19 menyebabkan pola pertumbuhan ekonomi Bengkulu triwulan II 2020 berbeda arah dibandingkan dengan pola tahun-tahun sebelumnya. Kedepan, pengaruh pandemi COVID-19 terhadap pelemahan ekonomi Bengkulu diprakirakan berlanjut. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Bengkulu triwulan III 2020 masih akan mengalami kontraksi meski membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi penggunaan, kontraksi bersumber dari turunnya kinerja konsumsi rumah tangga serta investasi. Dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu Joni Marsius, Kontraksi yang lebih dalam diharapkan dapat tertahan oleh bertumbuhnya konsumsi pemerintah seiring realisasi kegiatan non-Covid-19 yang tertunda pada triwulan sebelumnya. Selain itu, meski masih dalam fase kontraksi, kinerja ekspor juga akan membaik dipengaruhi oleh prospek perbaikan pertumbuhan ekonomi global sehingga meningkatkan volume perdagangan dunia. “Dari sisi lapangan usaha, mayoritas LU utama daerah diprakirakan masih dalam fase kontraksi, namun relatif membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh berangsur normalnya aktivitas ekonomi masyarakat pasca diterapkannya adaptasi kegiatan baru. Akibatnya, kinerja LU transportasi, LU perdagangan besar dan eceran serta LU industri pengolahan diyakini dapat terdongkrak lebih tinggi,” ungkap Joni optimis. Sementara itu lanjut Joni, laju inflasi tahunan Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2020 menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Menurunnya laju inflasi triwulan II 2020 terutama disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau khususnya untuk komoditas cabai merah, beras, dan bawang putih karena terjaganya pasokan dan normalisasi kegiatan impor bawang putih. Selain itu penurunan tekanan inflasi juga disebabkan oleh deflasi kelompok transportasi, khususnya untuk komoditas angkutan udara, sejalan dengan rendahnya permintaan masyarakat untuk bepergian pasca Idul Fitri 1441 H dan penerapan new normal. Inflasi tahunan pada triwulan III 2020 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi triwulan II 2020, dan akan mendukung sasaran inflasi nasional pada akhir tahun sebesar 3,0%±1%. Meningkatnya tekanan inflasi diprakirakan bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, karena meningkatnya permintaan beberapa komoditas seperti daging ayam dan daging sapi serta sayur mayur sejalan adanya kebijakan new normal dengan mulai beroperasinya restoran atau rumah makan, di tengah pasokan yang cenderung stabil. (rls)

Tags :
Kategori :

Terkait