BENGKULU, rakyatbengkulu.com - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bengkulu, kesulitan mendapatkan bahan baku air bersih.
Seperti di Instalasi Pengelolan Air (IPA) Surabaya yang mengandalkan air Sungai Bengkulu sebagai bahan baku utamanya.
BACA JUGA: Dukung Usut Dugaan Korupsi Insentif Direktur PDAM
Kurangnya debit air Sungai Bengkulu dan tingginya tingkat kekeruhan air menjadi persoalan nyata.
Ditambahkan lagi air baku itu tercampur material limbah seperti limbah cangkang sawit.
Limbah Crude Palm Oil (CPO), limbah karet dan batu bara yang tersedot mesin pompa ke bak pengolahan.
Kepala Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Surabaya Kota Bengkulu Rudi Hartono menjelaskan, kondisi air Sungai Bengkulu ini semakin parah ketika ada limbah yang dibuang ke sungai, pada waktu tertentu.
Khususnya Senin (17/1) pagi saat dilakukan pengecekan tingkat kekeruhan air, mencapai 8.000 NTU.
Biasanya kekeruhan air berkisar hanya 1.000 NTU.
Bahkan pernah pada Agustus tahun lalu tingkat kekeruhan air baku mencapai 27.241 NTU.
“Nah ini yang menjadi sumber masalah (limbah, red). Kalau lumpur tanah air itu biasanya merah saat akan diolah, ini tidak, cokelat,” ujar Rudi.
Suplai 3 Kecamatan
IPA Surabaya sendiri, menyuplai air untuk tiga kecamatan.
Yakni Kecamatan Sungai Serut, Muara Bangkahulu, dan Teluk segara.
Rudi juga menambahkan, tingginya tingkat kekeruhan air, membuat debit air baku yang diolah dikurangi.
Sehingga mempengaruhi suplai air ke beberapa kecamatan yang ada di Kota Bengkulu.
Secara kualitas dengan kasat mata air ini tidak layak dikonsumsi.
BACA JUGA: Percepatan Vaksinasi Anak di 20 Sekolah Dasar
Namun setelah dilakukan mekanisme pengolahan, air ini dapat dikonsumsi.
Dengan kuantitas yang tidak maksimal dalam pengolahan, satu unit tangki pengolahan biasanya mampu menghasilkan 50 liter per detik.
Sekarang hanya 30 liter per detik. Kemudian untuk penggunaan alum atau tawas yang biasanya 50 kilogram per jam, dengan kondisi air keruh ini bisa 150 kilogam.
Inilah yang menjadi penyebab keluhan masyarakat, pelanggan ketika air PDAM mati dan keruh.
“Menaikkan jumlah pemakaian alum (tawas), dan menurunkan jumlah produksi, nah ini yang kami lakukan menghadapi tingkat kekeruhan yang tinggi ini,” terang Rudi.
Di Badan Lengket
Di tempat terpisah, Rahmad Hidayat (34) warga Kecamatan Muara Bangkahulu mengungkapkan, saat ini air PDAM digunakan untuk mandi dan masak.
Dia menggunakan air PDAM untuk memenuhi kebutuhan air itu lantaran sumurnya kering karena kemarau.
Dia menjelaskan, air PDAM ini terkadang mengalirnya kecil.
Terkadang keruh pada musim hujan, dan kalau tidak keruh biasanya berbau obat.
“Ya, di badan kerasa lengket-lengket, mungkin karena sudah biasa, jadi biasa saja,” kata Rahmat.
Di tempat terpisah, Wakil Ketua 1 DPRD Kota Bengkulu Marliadi, SE mengatakan, PDAM harus lekas mencari solusi sumber baku air bersih.
Jangan lagi mengandalkan air Sungai Bengkulu.
“Ini permasalahan lama. Perlu biaya ekstra mengolah air Sungai Bengkulu. Apalagi pencemaran, di hulu sungai ada pabrik-pabrik,” katanya.
Dia mengatakan solusi-solusi itu harus segera ditemukan.
BACA JUGA: Mesin Bus Milik Pemkab Ini Sudah Dijarah Maling
Dulu ada solusi pipanisasi air bersih dari Bengkulu Tengah (Benteng) lewat program SPAM Kobema.
“Harapan kita bisa terealisasi secepatnya,” tutupnya. (cw3)