Muslim saat ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa sekitar 5 kilometer dari lokasi saat ia dinyatakan tenggelam. Tubuh almarhum Muslim ditemukan oleh warga yang sedang memancing pagi itu.
Tepatnya lokasi penemuan jenazah almarhum Muslim ini di area tambang galian C atau kuari Desa Sengkuang. Diperkirakan saat ditemukan tubuhnya masih tersangkut di batu usai terseret arus sungai.
Penemuan jenazah almarhum oleh warga yang sedang memancing ini disampaikan kepada warga yang lainnya. Warga desa pun berdatangan dan ikut membantu proses evakuasi korban yang sudah tidak bernyawa lagi.
BACA JUGA:Simak Rincian Dana Desa 2024 Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara: 46 Desa 1 Miliar
BACA JUGA:Simak Rincian Dana Desa 2024 Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara: 35 Desa 1 Miliar
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bengkulu Utara Eka Hendriyadi, SH, MH, menerangkan kalau korban memang sudah ditemukan. Saat ditemukan korban dalam kondisi sudah tidak bernyawa lagi.
Warga bersama tim pencari pun langsung mengevakuasi tubuh korban dari aliran sungai. Selanjutnya, tim dan warga membawa jenazah Muslim ke rumah duka untuk disemayamkan dan dimakamkan oleh keluarga.
“Ya, korban informasinya terseret hingga sekitar 5 kilometer dari lokasi tempatnya tenggelam. Artinya tubuh korban terseret arus sungai hingga ke tempat penemuan di sungai itu,” terang Eka Hendriyadi.
BACA JUGA:Wall Panel, Wujudkan Dekorasi Dinding Mewah di Rumah Anda, Berikut Jenis dan Perkiraan Harga
BACA JUGA:Ini ! 9 Tren yang Mempengaruhi Desain Rumah Komersil pada 2024, Akan Alami Metamorfosis Radikal
Eka Hendriyadi juga menyebutkan kalau upaya pencarian sudah berlangsung sejak pagi kemarin. Pencarian terhadap korban oleh masyarakat, TNI, Polri serta BPBD dan Basarnas. Langkah awal dilakukan tim, menyisir sekitar lokasi korban tenggelam dengan menggunakan berbagai peralatan.
“Saat ditemukan, tubuh korban masih dalam kondisi tenggelam dan tersangkut di batu. Sedangkan tim pencari memang masih memusatkan pencarian di sekitar 1 KM dari lokasi korban tenggelam,” terang Eka Hendriyadi.**