Dikarenakan mereka ini tidak lagi mempunyai kuasa atas lahan perkebunan.
Di sisi lain ada masyarakat yang sejahtera dari sistem ini.
Dimana mereka ini adalah para pedagang baik dari kalangan pribumi ataupun Tionghoa.
BACA JUGA:Ini Dia 7 Tipe Kamar Hotel yang Wajib Diketahui Pengunjung Beserta Perbedaan Fasilitasnya
Di dalam sekejap mereka menjadi orang kaya baru, karena kenaikan pesat kekayaan mereka ini lalu menimbulkan keheranan para petani yang semakin melarat.
Sehingga para petani bingung dari mana asal-usul kekayaan mereka ini.
Akibatnya mereka memiliki pandangan kalau pemupukan kekayaan merupakan proses yang terbuka.
Adapun maksudnya, setiap orang harus melewati proses dan usaha jelas yang bisa dilihat oleh mata orang lain.
BACA JUGA:7 Sekolah Kedinasan yang Terdapat Persyaratan Tinggi Badan, Ada di Naungan Kementerian Ini
Yang menjadi masalahnya, mereka tidak melihat kerja keras dari orang kaya baru tersebut.
Terlebih mereka ini tidak bisa membuktikan asal usul kekayaannya kalau ditanya para petani.
Hasilnya timbullah rasa iri dan kecemburuan dari para petani terhadap para pedagang yang bisa mendapat harta banyak tersebut.
Berdasarkan George Quinn di dalam bukunya An Excursion to Java's Get Rich Quck Tree (2009).
BACA JUGA:Update! Rekomendasi 6 Merek Sepatu Sekolah yang Terbaik, Awet dan Murah, Ada Buatan Lokal
Para petani selalu menganggap datangnya kekayaan harus dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu pada saat orang kaya tersebut gagal mempertanggungjawabkan asal kekayaannya.