"Dahulu tradisi ini menjadi trend di kalangan para petani dan menjadi rutinitas yang harus dibawa setiap harinya saat pergi ke ladang. Akan tetapi di masa sekarang sudah susah menemukan petani membawa ibet berbungkuskan daun pisang," papar Noprianto.
BACA JUGA:6 Alasan Kenapa Update iOS Bisa Pengaruhi Ketahanan Baterai iPhone Kamu
Menurut Noprianto, tradisi membawa ibet ini sudah bergeser.
Petani sekarang lebih suka memasak santap siang langsung di pondok kebun, atau membawa bekal tapi tidak lagi berbungkus daun pisang.
"Saat ini memang para petani mencari yang lebih praktis saja, ada yang memasak di kebun dan ada juga bekal lainnya. Padahal ibet bukan sekadar bergizi dan mampu memenuhi kebutuhan kalori serta terjamin kebersihannya," kata Noprianto.
Tradisi ibet saat ini sambung Noprianto hanya bisa dikenang, dan dalam kegiatan hari ulang tahun Kota Curup setiap tahunnya, digelar kreasi nasi ibet dengan berbagi lauk pauk.
BACA JUGA:Mulai Hindari, 7 Jenis Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Oleh Penderita Kolesterol Tinggi
"Sebagai edukasi dan pengetahuan umum bagi pelajar Rejang Lebong, bahwa dulu ada tradisi petani membawa ibet sebagai bekal makanan saat dikebun. Dan ini menjadi warisan budaya yang belum tentu ditemukan di daerah lain," jelas Noprianto.
Terpisah, Sakban, 70 tahun, warga Kelurahan Simpang Nangka Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong menuturkan bahwa mulai bergesernya tradisi membawa ibet sebagai bekal makanan saat di kebun mulai dirasakan sejak tahun 1990 ke atas hingga saat ini.
"Dulu pukul 04.00 WIB petani sudah bangun untuk sholat subuh dan mempersiapkan ibet makan untuk dibawa ke ladang, begitu juga ke keesokan harinya. Saat itu daun pisang sangat mudah diperoleh dan hampir setiap rumah ada pohon pisang untuk diambil daunnya," kata Sakban.
Ibet sendiri sambung Sakban, berbungkus daun pisang muda dan tidak terlalu tua sehingga mudah layu saat disalai dengan api.
"Sekarang ini jarang kita temukan petani membawa ibet. Padahal ibet itu punya ciri khas yakni berbungkus daun daun pisang. Setelah dimakan, daun pisangnya sebagai wadah makan, lalu dibuang bekasnya," tutup Sakban.(**)