Menurut penelitian, adanya pemberontakan yang dilakukan anak menitikberatkan identitas diri sebagai masalah.
Selalu menyimpulkan perasaan anak tentang hal apa yang ia inginkan.
Namun yang disayangkan, anak di usia yang masih sangat belia ini, mereka belum menemukan dan menentukan keinginan tentang identitasnya.
Sehingga pada akhirnya, mereka memberontak karena ingin dianggap dewasa atau ‘sok’ bersikap dewasa pada masa-masa ini.
Lantas, bagaimana seharusnya orangtua menyikapi sikap anak yang seperti ini?
BACA JUGA:Mengenal 4 Kepribadian Berdasarkan Cara Berpikir Tentang Uang, Kamu Tipe yang Mana?
Pertama, kalian membutuhkan adanya komunikasi halus untuk meredam semua pemberontakan ini.
Tanyakan pada anak, adakah hal yang bisa dilakukan untuk membantu serta memahami yang anak butuhkan.
Memang sangat dibutuhkan pengertian dan kesabaran penuh dalam melakukan diskusi dan tanya jawab.
Kamu bisa mulai melakukan pendekatan pada anak dengan caramu dan disesuaikan dengan karakter dari amsing-masing anak.
2. Usia 13-15 tahun
Anak pada usia 13-15 tahun, merupakan masa remaja yang berada dalam masa sekolah menengah pertama.
Kebanyakan remaja memberontak, disebabkan oleh ulah mereka sendiri yang "mencoba-coba” dalam mencari jati dirinya.
Tidak jarang juga, ada banyak orangtua mengeluarkan sikap menentang atas pilihan coba-coba anak ini.
Perilaku anak yang bikin orangtua menentang adalah, ketika mereka melanggar peraturan di sekolah, lebih banyak bermain daripada belajar, bermain dengan teman yang dianggap “tidak baik” oleh orangtua.