Adapun 2 pemberontakan terakhir dilakukan oleh anggota Dharmaputra yang merupakan jabatan untuk orang-orang yang memiliki kedudukan khusus dan dahulu ditunjuk langsung oleh Raden Wijaya.
BACA JUGA:Kenapa Orang-orang di Masa Kerajaan Majapahit Tidak Mempersoalkan Masalah Agama?
Diketahui Dharmaputra ini terdiri dari 7 orang, yakni Ra Semi, Ra Kuti, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, Ra Pangsa, dan Ra Tanca.
Raja Jayanagara selalu lolos dari maut dalam berbagai aksi pemberontakan itu, salah satunya berkat bantuan Gajah Mada yang nantinya menjabat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit pada rezim pemerintahan berikutnya.
Dimana nyawa Jayanagara melayang justru pada saat situasi kerajaan sudah agak tenang, di tangan orang dalam istana yang tidak lain adalah tabib sekaligus pengawal kepercayaannya sendiri yang juga anggota Dharmaputra, Ra Tanca.
Di tahun 1328 masehi, Raja Jayanagara tewas mengenaskan di dalam kamarnya, dimana sebelumnya sang raja meminta Ra Tanca mengobati sakit bisulnya.
BACA JUGA:Beberapa Pusaka Peninggalan Kerajaan Majapahit Dikuasai Museum di Amerika, Kok Bisa?
Pada saat itulah Ra Tanca justru menikam Jayanagara dari belakang dan mati seketika.
Gajah Mada yang pada saat itu bertugas sebagai Bhayangkara (pengawal khusus raja) langsung bertindak dengan membunuh Ra Tanca.
Jenazah Jayanagara dikebumikan di Trowulan, dekat Mojokerto, Jawa Timur), yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit masa itu.
Selanjutnya setelah Jayanagara wafat, yang dinobatkan sebagai penguasa Majapahit berikutnya adalah Dyah Gitarja atau Tribhuwana Tunggadewi.
Pemimpin wanita ini adalah ibunda dari Raja Hayam Wuruk.
Di masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi, karier Gajah Mada melesat sampai ditunjuk sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Amukti Palapa untuk menyatukan Nusantara.(**)