Jayanagara, Raja Kerajaan Majapahit Yang Paling Dibenci

Jumat 31-05-2024,19:03 WIB
Reporter : Hendri Saputra
Editor : Peri Haryadi

Selain itu Jayanagara bukan lahir dari permaisuri, melainkan dari istri selir Raden Wijaya.

Sebelum menikahi Dara Petak, Raden Wijaya sudah memiliki beberapa istri yang semuanya adalah putri Kertanagara.

Dengan kata lain, Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara, Raja terakhir Singasari.

Berdasarkan Kitab Nagarakertagama, menyebutkan kebiasaan raja - raja di Jawa zaman dulu bahwa yang berhak menggantikan takhta kerajaan adalah anak yang lahir dari permaisuri entah itu anak laki-laki ataupun anak perempuan.

BACA JUGA:Salah Satu Tokoh Pendiri Kerajaan Majapahit yang Memberontak dan Berakhir Tragis

Walaupun berstatus sebagai istri selir, Dara Petak berhasil membujuk Raden Wijaya untuk menjadikan putranya Jayanagara sebagai putra mahkota Kerajaan Majapahit.

Hal inilah kemudian yang terjadi, Jayanagara berkuasa di Kerajaan Majapahit dan memantik kebencian mendalam dari kalangan istana sendiri.

Selain itu, Raja Jayanagara ini juga digambarkan sebagai sosok raja yang memiliki sifat jahat, kejam, dan gila kuasa. 

Mengutip dari Sejarah Raja-raja Jawa, Jayanagara melarang 2 adik perempuannya, yaitu Dyah Gitarja (Tribhuwana Tunggadewi) dan Dyah Wiyat (Rajadewi Maharajasa), menikah.

BACA JUGA:Strategi Rampas Kekuasaan dan Pelarian Raden Wijaya ke Madura, Raja Pertama Majapahit

Dimana Jayanagara selalu menghalangi kalau ada pria yang hendak meminang ke 2 adik tirinya tersebut, karena dia takut kalau nantinya suami adik - adiknya tersebut mengancam kekuasaannya sebagai pemilik tunggal takhta kerajaan Majapahit.

Dengan sikap dan sifat Raja Jayanagara ini, kemudian memantik rangkaian pemberontakan yang bahkan dimotori oleh orang-orang kepercayaan ayahnya.

Mereka menganggap takhta Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan orang yang salah.

Berdasarkan sekian banyak pemberontakan pada masa Raja Jayanagara, ada beberapa yang paling mengguncang kerajaan Majapahit.

Antara lain perlawanan yang dipimpin oleh Ranggalawe pada 1309 masehi, dan Lembu Sora pada 1311 masehi.

Lalu Nambi pada 1316 masehi, Ra Semi pada 1318 masehi, hingga Ra Kuti pada 1319 masehi.

Kategori :