Setelah mendapatkan pelatihan tatap muka, AJI bekerja sama dengan DW Akademie serta Kementerian Luar Negeri Jerman memberikan kesempatan kepada jurnalis lokal dan jurnalis warga untuk mengembangkan kemampuan memproduksi liputan.
Dalam proses ini, masyarakat adat akan bekerja sama dalam community lab untuk memproduksi liputan terkait permasalahan iklim dan lingkungan di Bengkulu.
BACA JUGA:184 Desa dan Kelurahan di Bengkulu Diprediksi Tenggelam pada 2050 Akibat Krisis Iklim
Mereka akan mendapatkan pendampingan dari 10 jurnalis lokal penerima fellowship serta AMAN untuk memastikan konten mereka untuk dipublikasikan dan memperdalam rencana liputan mereka.
"Hasil liputan akan dipublikasikan di website, media sosial AMAN, atau independen.id," terang Yuni.
Sebanyak 10 jurnalis lokal akan dipilih untuk memproduksi liputan mendalam mengenai permasalahan iklim dan lingkungan.
Mereka juga akan mendampingi 10 masyarakat adat dalam community lab dengan bimbingan dari empat mentor yang ditunjuk, di mana satu mentor akan bertanggung jawab atas lima jurnalis fellow.
Pelatihan ini didukung oleh AJI Indonesia bekerja sama dengan DW Akademie serta Kementerian Luar Negeri Jerman.--Heri/rakyatbengkulu.com
BACA JUGA:Ini Suku Tertua di Nusantara, Salah Satunya Ada yang Berumur 1 Jutaan Tahun
BACA JUGA:Air Tertua di Dunia yang Berusia 2 Miliar Tahun Ditemukan
Jurnalis terpilih akan mendapatkan bantuan operasional dalam bentuk reporting fellowship sebesar Rp7,5 juta. Selain itu, insentif sebesar Rp750 ribu akan diberikan kepada jurnalis warga selama produksi liputan kolaborasi.
Proses peliputan tugas akhir akan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Selama proses ini, keamanan dan keselamatan peserta akan dipantau, terutama saat liputan di lapangan.
AJI telah memiliki mekanisme advokasi untuk jurnalis yang mengalami kekerasan fisik, serangan digital, atau kekerasan seksual akibat liputannya.
AJI akan memberikan perlindungan dan advokasi kepada jurnalis yang mengalami serangan/kekerasan saat proses peliputan.
BACA JUGA:Bukan dari Bangsa Barat, Bapak Robotika Ternyata Seorang Ilmuwan Muslim