Inovasi 4 Media di Indonesia Ini Bisa Jadi Contoh, Memanfaatkan AI hingga Membangun Mindset Kolaborasi

Kamis 29-08-2024,07:23 WIB
Reporter : Heri Aprizal
Editor : Heri Aprizal

JAKARTA, RAKYATBENGKULU.COM - Perusahaan-perusahaan media nasional saat ini berlomba mendorong inovasi produk demi pertumbuhan bisnis berkelanjutan.

Salah satunya Hukumonline yang memanfaatkan generative Artificial Intelligence (AI). Sebagai regulatory technology Hukumonline juga mengembangkan produk di luar jurnalistik.

“Sekarang Hukumonline mengaplikasikan generative AI. Kami melihat ini sebagai opportunity, yaitu bagaimana cara mengemas informasi jadi jauh lebih menyenangkan. Wow effect-nya juga lebih dapet,” kata Chief Executive Office, Arkka Dhiratara dalam diskusi yang Indonesia Digital Conference 2024 yang digelar di Hotel Santika Premiere, Jakarta Rabu, 28 Agustus 2024.

BACA JUGA:IDC 2024: Tugas Media Mencerahkan Peradaban, Media Harus Berdamai dan Beradaptasi dengan AI

BACA JUGA:Butuh Dana Rp45 Juta – Rp65 Juta, Simak Angsuran di Bank Bengkulu Tenor 12 Tahun

Kehadiran inovasi ini diakuinya membantu penjualan produk semakin mudah. Arkka menuturkan, produk terbaru yang dihasilkan adalah “Ask Hukumonline”, yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi komprehensif dan terverifikasi mengenai isu-isu hukum serta peraturan perundang-undangan.

Inovasi ini memungkinkan terjadi karena pihaknya berusaha menciptakan lingkungan atau ekosistem yang ramah perubahan.

Meski begitu, inovasi itu tidak serta merta tercipta. Hukumonline sampai harus melakukan diversifikasi tim, dan yang terpenting komunikasi intensif antarbidang. Karena bukan mustahil ide yang diusung mengalami kegagalan.

“Kalau kita punya tiga sampai empat ide, paling tidak ada satu yang berhasil. Oleh karena itu, semua harus dikalkulasi,” ujar Arkka.

BACA JUGA:Butuh Dana Rp15 Juta – Rp35 Juta, Simak Angsuran di Bank Bengkulu Tenor 12 Tahun

BACA JUGA:Butuh Dana Rp75 Juta – Rp95 Juta, Simak Angsuran di Bank Bengkulu Tenor 11 Tahun

Sementara Tempo hadir dengan konsep single brand. Tim redaksi menciptakan value melalui artikel yang kemudian disampaikan tim IT kepada konsumennya. Konsep inilah yang menjadi kerangka berpikir Tempo Digital untuk menghadirkan single brand.

“Jadi kami ingin membuat project single brand ini menjadi satu aplikasi, satu merek. Kami ingin dikenal sebagai Tempo yang cuma ada satu, yaitu Tempo Digital. Bukan Majalah Tempo atau Tempo.co,” kata CTO Tempo Digital, Heru Tjatur TWP.

Selanjutnya, Tempo juga melakukan optimalisasi aset digital.  Saat ini Tempo memiliki arsip sejak tahun 1971, baik itu dalam bentuk teks maupun image, yang dikelola dengan baik.

Namun hingga saat ini, Heru mengakui masih memiliki pekerjaan rumah untuk membantu pembaca memahami produk atau layanan yang dimiliki Tempo.

Kategori :