BACA JUGA:Status Pratama Arhan Posting Foto Pernikahan Jadi Sorotan
BACA JUGA:Dugaan Money Politic dan Pelanggaran Cuti Kampanye, Oknum Anggota DPRD Kepahiang Dipanggil Bawaslu
Tahapan ini memerlukan presisi tinggi, karena kesalahan kecil dalam suhu, waktu, atau eksposur bisa merusak seluruh film.
3. Penggunaan Kertas Foto Khusus
Setelah film negatif siap, gambar tersebut diproyeksikan ke atas kertas foto yang sensitif cahaya menggunakan alat bernama enlarger.
Kertas foto kemudian direndam dalam larutan kimia untuk menangkap gambar.
Proses ini membutuhkan ketelitian dan waktu, terutama saat menentukan durasi eksposur cahaya.
BACA JUGA:Tergiur Untung Besar, Pria Bengkulu Kehilangan Rp83 Juta karena Modus Pengadaan Sampul Rapor
4. Kualitas Foto yang Unik
Foto analog yang dicetak dengan cara tradisional memiliki tekstur dan kualitas unik yang sulit ditiru dengan teknologi digital.
Gradasi warna atau hitam-putihnya lebih lembut dan memiliki karakteristik tersendiri.
Hasil cetakannya juga sering kali lebih tahan lama, terutama jika dicetak di atas kertas berkualitas tinggi.
5. Proses yang Memakan Waktu
BACA JUGA:8 Manfaat Luar Biasa Buah Pisang untuk Pertumbuhan Anak, Sumber Energi Instan!
BACA JUGA:Infinix HOT 50i dan SMART 9 Resmi Masuki Pasar HP Rp1 Jutaan di Indonesia
Berbeda dengan cetak foto digital masa kini yang hanya memakan waktu beberapa menit.
Proses cuci dan cetak foto zaman dahulu bisa memakan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari, tergantung kompleksitas dan jumlah foto.
Fotografer profesional sering kali mencetak foto sendiri untuk mendapatkan hasil terbaik.