Sedangkan masyarakat umum biasanya mengirimkan film mereka ke studio untuk diproses.
BACA JUGA:Bersiap! Peluncuran Realme 13 Series 5G di Indonesia pada 17 Oktober 2024
BACA JUGA:Warga Mukomuko Temukan Mortir Aktif, Begini Detik-detik Evakuasi Dilakukan
6. Risiko Gagal dalam Pemotretan
Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam fotografi analog.
Jika film rusak, terpapar cahaya, atau terjadi kesalahan teknis dalam pengambilan gambar, hasil foto bisa saja hilang seluruhnya.
Oleh karena itu, setiap jepretan sangat berharga dan biasanya dipertimbangkan dengan hati-hati.
7. Proses yang Lebih Mahal
BACA JUGA:BKPSDM Kota Bengkulu Ingatkan Peserta PPPK untuk Waspada dan Fokus pada Seleksi
BACA JUGA:Ketua DPRD Kota Bengkulu Resmi Dilantik, Plt Gubernur Tekankan Sinergi untuk Kemajuan Bersama
Karena melibatkan banyak bahan kimia, kertas khusus, dan perangkat canggih, mencetak foto zaman dahulu lebih mahal dibanding teknologi digital saat ini.
Biaya produksi setiap foto bisa cukup tinggi, terutama untuk foto berwarna yang lebih rumit.
8. Koleksi Album Fisik
Sebelum era digital, orang mengoleksi dan menyimpan foto dalam album fisik.
Album ini menjadi barang berharga karena menjadi satu-satunya bentuk dokumentasi kenangan visual, tanpa ada backup digital.
BACA JUGA:Cocok untuk Spot Foto, Ini 4 Gurun Pasir di Indonesia yang Mirip Suasana Timur Tengah
BACA JUGA:Menghasilkan Uang dari Jualan Foto di Internet! Panduan Mudah dari Rumah
Ulasan ini menunjukkan betapa rumit dan artistiknya proses cuci cetak foto di masa lampau.
Dibandingkan dengan kemudahan teknologi digital modern.