RAKYATBENGKULU.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kepahiang terus melakukan perawatan berkala terhadap alat pengukur intensitas gempa bumi atau "Intensity Meter", untuk memastikan fungsinya tetap optimal.
Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya mitigasi bencana gempa bumi di wilayah Provinsi Bengkulu.
Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Pertama, Muhammad Najib, menjelaskan bahwa perawatan meliputi pemeriksaan dan perbaikan pada lima komponen utama alat tersebut, termasuk UPS dan baterai.
"Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kualitas. Kami lakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap lima alat berupa UPS atau baterai agar jika terjadi gempa dan menyebabkan arus listrik padam, maka melalui alat tersebut dapat memberikan informasi tentang gempa yang terjadi selama satu jam," ujarnya Selasa 24 Desember 2024, dikutip Antaranews.com.
BACA JUGA:Drama Penangkapan Tiga Perampok Bersenjata Api di Kepahiang, Diduga Sudah Lebih 20 Kali Beraksi
BACA JUGA:Kebakaran Alat Bongkar Muat di Pelabuhan Pulau Baai, Ledakan Kecil Picu Kepanikan
Najib menyebutkan bahwa alat ini memungkinkan BMKG menerima informasi kekuatan gempa di sejumlah wilayah di Provinsi Bengkulu.
Informasi tersebut kemudian digunakan untuk memetakan skala gempa dan potensi kerusakan pasca-kejadian.
Saat ini, terdapat 24 unit Intensity Meter yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu.
Kota Bengkulu sendiri memiliki 11 alat, sementara sisanya tersebar di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Lebong, Kepahiang, Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, dan Bengkulu Tengah.
BACA JUGA:Mending Beli iPhone 13 Pro atau iPhone 14? Ini Perbandingan Lengkapnya!
BACA JUGA:5 Ojek Online yang Bangkrut dalam Menghadapi Tantangan Pasar yang Ketat
"Alat tersebut ada 11 titik di Kota Bengkulu, sedangkan seluruh Provinsi Bengkulu mencapai 24 alat yang tersebar di kabupaten lainnya," tambahnya.
Data BMKG menunjukkan bahwa sejak Januari hingga awal Desember 2024, Provinsi Bengkulu telah mengalami 1.438 gempa bumi dengan magnitudo bervariasi.
Fenomena ini dianggap normal mengingat lokasi Bengkulu berada di zona subduksi, tempat lempeng tektonik saling bertumbukan dan salah satu lempeng menyusup ke dalam perut bumi.