Memaksanya berada di tengah hanya akan membebani mental dan mengganggu perkembangan psikologisnya.
Luka Psikologis yang Berkepanjangan
Anak yang terlibat dalam konflik perceraian orang tuanya berisiko mengalami gangguan emosional.
Seperti kecemasan, depresi, dan rasa bersalah yang berlebihan.
BACA JUGA:Dukungan BRI Antar Usaha Lokal Perhiasan Batu Alam Jangkau Pasar Internasional
BACA JUGA:Diakui Dunia, Layanan Wealth Management BRI Raih Penghargaan Internasional dari Euromoney
Mereka mungkin merasa bertanggung jawab atas perpisahan orang tuanya atau merasa harus “menyelamatkan” salah satu pihak.
Tak jarang, anak tumbuh menjadi pribadi yang penuh luka, kesulitan mempercayai orang lain, bahkan trauma terhadap konsep pernikahan dan keluarga.
Dampak pada Hubungan Sosial dan Akademik
Anak yang tertekan secara emosional akibat konflik orang tuanya juga bisa menunjukkan penurunan dalam prestasi akademik.
Bahkan dapat menarik diri dari lingkungan sosial.
BACA JUGA:Bapenda Bengkulu Luncurkan Aplikasi PADEK, Bayar Pajak Kini Lebih Mudah dan Praktis
BACA JUGA:Tanaman Penyelamat Lingkungan, 3 Jenis Pohon Ini Terbukti Efektif Cegah Banjir
Mereka bisa menjadi pemarah, pendiam, atau justru mencari perhatian melalui perilaku negatif.
Semua itu adalah bentuk ungkapan emosi yang tidak tersampaikan karena mereka tidak tahu bagaimana harus menyalurkannya.
Pilih Menjadi Orang Tua, Bukan Musuh