HONDA

Tunda New Normal, Kasus Positif Bertambah

Tunda New Normal, Kasus Positif Bertambah

BENGKULU – Penerapan era kenormalan baru (new normal) yang akan dilaksanakan Pemprov Bengkulu, Senin (15/6) ini belum akan dimulai. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, Sabtu (13/6).

Menurutnya, Pemprov sejauh ini masih menunggu instruksi atau petunjuk dari pemerintah pusat. Sampai saat ini pemprov juga terus bersinergi dengan pemkab dan pemkot guna melakukan persiapan untuk menghadapi new normal. Seperti terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

“Paling penting itu kedisplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, dan mulai membiasakan berprilaku hidup sehat dan bersih, serta menjaga asupan gizi,” beber Herwan.

Herwan menambahkan new normal ini dapat diartikan masyarakat dapat beraktivitas kembali, namun dengan kebiasaan melindungi diri dengan disiplin terhadap protokol kesehatan dalam penanganan Covid-19. Bila disiplin dalam hal ini, bukan hanya bisa terhindar dari Covid-19 saja, namun juga dapat terhindar dari penyakit lainnya.

"Beraktivitas seperti biasa tetapi dengan kebiasaan perlindungan kesehatan, dengan cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, bawa hand sanitizer, itu yang dikatakan new normal. Artinya beraktifitas dengan produktif tetapi pastikan diri kita terlindungi,” beber Herwan.

Sementara itu, warga positif Covid-19 di Provinsi Bengkulu bertambah menjadi 98 kasus setelah ada tambahan 3 kasus baru per Sabtu (13/6). Meski demikian, angka warga yang dinyatakan sembuh juga bertambah. Hingga kemarin, warga positif Covid-19 dinyatakan sembuh menjadi 58 orang. Sedangkan kasus meninggal menjadi 5 orang.

Herwan Antoni mengatakan Sabtu (13/6) ada penambahan kasus konfirmasi positif meninggal dunia yaitu kasus 94 dengan keluhan pilek, sakit kepala, lemah dan muntah. Dengan penyakit penyerta diabetes militus. Sehingga total kasus konfirmasi positif Covid-19 yang meninggal dunia di Provinsi Bengkulu hingga kemarin ada 5 orang.

“Untuk kasus terkonfirmasi positif ada 3 tambahan kasus, yaitu kasus 96 perempuan umur 30 tahun warga Kota Bengkulu, kasus 97 laki-laki umur 20 tahun warga Seluma, dan kasus 98 perempuan umur 63 tahun warga Kota Bengkulu,” kata Herwan.

Selain kasus positif yang meninggal dunia bertambah, terang Herwan, ada penambahan kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) meninggal dunia kemarin. Yaitu bayi umur 40 hari warga Kota Bengkulu. Meninggal setelah sempat menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Kota Bengkulu. Dengan tambahan bayi PDP meninggal ini maka kasus PDP meninggal di Provinsi Bengkulu menjadi 21 orang.

“Tambahan kasus positif yang dinyatakan sembuh hari ini (kemarin, red), ada 9 orang, yaitu 7 orang di Kota Bengkulu dan 2 di Bengkulu Utara. Untuk tambahan kasus reaktif yang dilaporkan hari ini ada 7 orang didominasi warga Kota Bengkulu,” beber Herwan.

Herwan menambahkan, untuk kasus konfirmasi positif dengan usia kategori anak di Provinsi Bengkulu ada 6 kasus. Meliputi, 1 kasus di Kabupaten Kepahiang dengan umur 8 tahun, Kota Bengkulu bayi umur 1,5 tahun, anak 13 tahun dan 11 tahun di Kota Bengkulu. Kemudian kasus anak terkonfirmasi positif juga ada di Kabupaten Bengkulu Selatan sebanyak 2 orang yaitu berusia 8 dan 12 tahun.

“Untuk kasus anak dengan status PDP lainnya kita masih menunggu hasil swab. Kita berharap mudah-mudahan nanti hasilnya negatif,” harap Herwan.

Di Bengkulu Utara Semua Sembuh

Setelah satu dokter positif Covid-19 dinyatakan sembuh, kemarin (13/6) Tim Gugus Tugas Penanganan (GTPP) Covid-19  Bengkulu Utara (BU) mengumumkan tujuh pasien lainnya yakni 6 tenaga medis dan satu warga umum dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Kadis Kesehatan BU, Samsul Maarif, SKM, M.Kes menerangkan setelah dua kali dilakukan tes swab, delapan pasien Covid-19 di BU dinyatakan negatif alias sudah sembuh. “Jadi dengan sembuhnya semua pasien Covid-19, artinya tidak ada lagi warga BU positif Covid-19,” katanya.

BU yang sebelumnya menjadi zona merah kini berstatus zona kuning penyebaran Covid-19. Hal ini lantaran BU pernah terdapat pasien positif Covid-19 dan masih akan dipantau selama satu bulan apakah bakal ada pasien baru atau tidak. “Kita berharap tidak ada penambahan lagi, batasannya biasanya 30 hari setelah seluruh pasien dinyatakan sembuh, dan baru kita pastikan tidak ada klaster baru,” terang Samsul.

Kini ketujuh pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh, namun mereka masih diminta untuk melakukan isolasi mandiri minimal tujuh hari. Hal ini untuk memastikan virus tersebut benar-benar sudah hilang dari tubuh pasien.     “Meskipun kita meyakini sudah hilang karena sudah melalui hasil lab, namun memang tetap kita minta isolasi mandiri selama tujuh hari,” terangnya.

Pemkab BU juga terus melakukan  rapid test pada masyarakat untuk mencari kemungkinan adanya kasus baru. Warga yang hasilnya rapid testnya reaktif akan langsung dilakukan swab untuk memastikan apakah terjangkit Covid-19 atau tidak.

Tertinggi di ASEAN

Jubir Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan, tingkat fatalitas pada kasus paparan Covid-19 di Indonesia berada di angka 5,78 persen. Tingkat kematian ini menurun dibandingkan dengan periode awal Mei dimana tingkat kematian dilaporkan berada pada angka 7,6 persen.

Namun jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, Indonesia tetap memiliki tingkat kematian tertinggi. Lebih tinggi dari Filipina yang mencatatkan tingkat kematian sebesar 4,2 persen. Thailand 1,9 persen, Malaysia 1,4 persen, serta Singapura yang berada pada kisaran 0,06-0,01 persen.  Sementara Vietnam, Laos dan Kamboja melaporkan 0 kasus kematian.

Angka fatalitas ini didapatkan per 13 Juni setelah kasus kematian bertambah sebanyak 43 orang menjadi total 2.091 orang.

Menurut catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTPPC-19), total kasus konfirmasi positif Covid-19 per Sabtu (13/6) kemarin mencapai 37.420  orang setelah bertambah sebanyak 1.014 orang. Kemudian untuk pasien sembuh bertambah 563 orang menjadi total 13.776 setelah ada penambahan sebanyak 563 orang. “Kalau melihat angka ini, pasien sembuh berada di kisaran 53.8 persen dari kasus kita rawat,” jelas Yuri kemarin.

Menurut Yuri, penambahan kasus positif tersebut tidak merata di seluruh Indonesia. Ada beberapa wilayah yang memang melaporkan banyak kasus positif, namun untuk pasien negatifnya juga tinggi. "Kalau kita rinci lebih lanjut, bahwa penambahan kasus 1.014 orang ini, tidak merata pada seluruh provinsi. Ada 5 provinsi yang merupakan jumlah kasus tertinggi yang melaporkan hari ini, di antaranya adalah Jawa Timur, yang melaporkan 176 kasus baru, sementara kasus sembuh yang dilaporkan Jawa Timur pada hari ini adalah 252 orang. Sulawesi Selatan kasus baru meningkat 125 orang, kasus sembuh 36 orang,” jelas Yuri.

"Kalimantan Selatan 123 orang kasus baru, dan 22 sembuh. DKI Jakarta 121 orang, dengan 59 sembuh. Sumatera Utara 94 kasus baru hari ini, tidak ada dilaporkan kasus sembuh,” imbuhnya.

Dari keseluruhan, masih ada 18 provinsi yang melaporkan kasusnya di bawah 10, bahkan ada lima provinsi yang hari ini melaporkan tidak ada kasus sama sekali.

Sementara itu, data provinsi 5 besar dengan kasus positif terbanyak secara kumulatif adalah mulai dari DKI Jakarta 8.861 orang, Jawa Timur 7.597, Jawa Barat 2.587, Sulawesi Selatan 2.707, Jawa Tengah 1.946 dan wilayah lain sehingga totalnya 37.420.

Yurianto mengatakan bahwa data kasus dan penanganan Covid-19 di Indonesia berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan negara lain. Hal itu dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti tingkat ancaman epidemiologisnya tidak sama. “Tidak akan bisa secara utuh dibandingkan dengan negara lain, karena memang tingkat ancaman epidemiologisnya tidak sama,” ujarnya.

Yuri mencontohkan, perbedaan bisa dilihat pada DKI Jakarta sebagai episentrum besar dengan jumlah tes satu juta penduduknya adalah 17.954 orang. Angka tersebut berada di atas Thailand secara keseluruhan yang mencapai 6.708 per satu juta penduduk.

Tapi jika dirata-rata secara keseluruhan nasional, tingkat pengetesan Indonesia menjadi rendah, yakni 1.752 per satu juta penduduk. ”Tapi ini bukan berarti menjadi gambaran bahwa keseriusan pemerintah tidak terlihat,” katanya.

Kemudian di Filipina 4.419 orang per satu juta penduduk, kemudian Jepang hanya 2.626 per satu juta penduduk. Dalam hal ini apabila dibandingkan dengan Malaysia, maka Indonesia masih berada di bawahnya."Malaysia telah melakukan 19.118 tes per satu juta penduduk,” ungkap Yuri.

Dalam hal ini, Indonesia yang menjadi negara yang terdiri banyak kepulauan dan cakupan wilayah cukup luas menjadi faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan dan menjadi hambatan tersendiri.

“Karena kita melihat, bahwa tanah air kita terdiri banyak kepulauan, terdiri dari banyak wilayah yang cukup luas, dengan kepadatan, dan risiko mobilitas orang yang terkait dengan faktor pembawa penyakit cukup besar, yang sangat berbeda,” jelas Yuri. (key/qia/tau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: