HONDA

Jadi Pemenang

Jadi Pemenang

   

TAKBIR terus berulang terdengar tak lama selepas buka puasa terakhir, di malam 30 ramadan 1442 H. Kebesaran Sang khalik dari masjid ke masjid berkumandang lantang, sebagai tanda sukacita umat muslim di seantero jagad.

Gemanya terdengar kian kencang, keesokan hari pada 1 Syawal. Inilah, hari kemenangan bagi umat muslim yang layak dirayakan, usai sebulan penuh menahan lapar dan nafsu. Bagi muslim di tanah air, lebaran tahun ini rasanya lebih lumayan terasa dibanding tahun lalu.

Meski dengan segudang imbauan, salat Id sudah diperbolehkan. Tentu saja dengan menjalankan Protokol kesehatan  di dalamnya. Sebelumnya, salat tarawih juga lebih dulu sudah diizinkan.

Sebagai muslim yang baru saja melewati ujian, tantangan sebenarnya adalah bagaimana kita melewatinya di sisa bulan bulan ke depan. Apakah masih sanggup selalu dekat dengan Nya, tetap sanggup memberi kepada yang membutuhkan, hingga apakah tetap sanggup menahan segala godaan duniawi.

Jika jawabannya ya, tentunya layak dikatakan sebagai pemenang sejati. Sesuai dengan harapan, kembali fitri sebagai umat sebenarnya. Tak mudah memang menggapai titel sebagai seorang pemenang.

Akan kian berat lantaran Pandemi belum juga menunjukkan tanda-tanda kapan berakhir. Malah belakangan trendnya makin meningkat. Sekat-sekat pembatas dalam menjalani kehidupan sosial, akan terus berlanjut.

Belum lagi tantangan menghadapi pertumbuhan ekonomi minus (pemerintah tetap berkeyakinan, ekonomi tumbuh pada kwartal kedua 2021,red), dari pengamatan kalangan ekonom bisa saja dapat berpengaruh pada kadar keimanan seorang muslim.

Ekonomi sulit, jelas dapat berdampak pada perut. Perusahaan gulung tikar, PHK massal, imbasnya dirasakan langsung pada masyarakat kelas bawah. Publik juga akan semakin dibuat tak nyaman, bosan dengan panjangnya pemberlakuan kebijakan pembatasan, di era new normal.

Terlepas dari itu semua, sebagai muslim tanah air agaknya kita mesti bersyukur. Meski masih berjarak, setidaknya tak ada intervensi dari pihak manapun untuk beribadah ke masjid. Ya, memang belakangan ada pro kontra soal bunyi-bunyian menjelang sahur. Syukurnya, benih-benih perpecahan tak sampai meluas dan tenang dengan sendirinya.

Lihat, setidaknya hingga tulisan ini dirilis, saudara muslim kita di Palestina masih berjuang melawan dari upaya pengusiran zionis Israel. Lebaran di sana, jauh dari kata tenang. Dengan dukungan muslim tanah air tentunya meski hanya lewat doa, kita berharap muslim Palestina akan ke luar juga sebagai pemenang kelak.

Sejenak, lupakan dulu hiruk pikuk pembatasan mudik lebaran. Lupakan juga pro kontra Babi panggang, yang sempat trending memenuhi linimasa kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa Ilaha Illallah Wallallhu Akbar. Allahu Akbar Walillahil Hamd.

Minal Aidin wal fa idzin. Mohon maaf lahir dan batin. (oce)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: