HONDA

Together Stronger

Together Stronger

   

BAGAIMANA kalau Putin tidak bisa datang ke Bali? Untuk KTT G20 Oktober depan? Mungkin Vladimir Putin sendiri ingin sekali datang ke Bali. Persoalannya: apakah pemimpin-pemimpin negara Barat tetap mau ke Bali kalau ada Putin di situ?

Saya pun membayangkan: betapa sibuknya Menlu kita, Ibu Retno Marsudi, sekarang ini. Berbagai jurus diplomasi harus ditemukan. Agar KTT G20 di Bali sukses. Tapi, itu benar-benar tidak mudah. Padahal, Indonesia ingin sekali bisa jadi ketua G20 yang hebat. Yang sukses. Yang jadi pembicaraan dunia. Bahwa Indonesia hebat.

Bali sudah berhias habis-habisan. Slogan-slogan berbahasa Inggris sudah dicanangkan. Termasuk slogan ini: Recover Together, Recover Stronger. Tepat sekali slogan itu. Untuk menandai berakhirnya pandemi Covid-19.

Kampanye G20 juga sudah meluas ke segala jurusan. Anda sudah tahu: Presiden Jokowi sendiri sering pakai jaket G20. Lihatlah ketika beliau berada di titik nol ibu kota baru Indonesia Senin-Selasa lalu. Jaket G20 warna merah dikenakannya di waktu malam. Di tenda kepresidenan. Di tengah hutan Kaltim.

Yang paling berat adalah bagaimana memberi tahu Putin untuk tidak perlu hadir. Bagaimana bisa tuan rumah tidak mengundang Rusia. Tapi, tentu lebih baik satu tidak hadir daripada lebih dari sepuluh kepala negara lain yang absen. Apalagi kalau itu Amerika Serikat dan Inggris.

Tentu, tidak hadir satu –apalagi Putin– terasa sekali kurang lengkapnya.

Memang tahun lalu Putin juga tidak hadir di KTT Italia. Bahkan, ia sengaja keluar dari forum G8. Yakni, forumnya delapan negara industri. Rusia ngambek sejak negara-negara industri lainnya mengecam Rusia –yang menduduki Semenanjung Krimea milik Ukraina tahun 2014.

Serangan Rusia ke Ukraina kali ini ternyata tidak hanya memukul kita di bidang ekonomi. Tapi, juga menyulitkan kita di sektor diplomasi. Bahkan, serangan itu bisa merusak reputasi kita sebagai ketua G20. Indonesia sudah berusaha berbaik-baik dengan kedua pihak. Namun, justru seperti terjepit. Pihak Barat menyalahkan Indonesia: mengapa tidak mau mengecam serangan Rusia itu.

Bahkan, duta besar Ukraina di Indonesia sampai menulis surat terbuka: kok Indonesia tidak malu bersikap tidak mau mengecam serangan Rusia. Netizen di Indonesia menilai surat terbuka itu dianggap intervensi negara asing ke Indonesia.

KTT G20 di Bali memang masih lama: enam bulan lagi. Tapi, enam bulan itu tidak lama. Mungkin saja perang di Ukraina sudah selesai saat itu nanti. Tapi, luka-lukanya belum akan sembuh. Baca Selanjutnya>>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: