Koleksi Wayang Kulit dari Luar Pulau Jawa Ada di Museum Wayang
Sejumlah pengunjung melihat koleksi wayang di Museum Wayang, Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat, Jumat (8/7/2022).-- (ANTARA/Ulfa Jainita)
Jakarta (ANTARA) - Wayang kulit dari Indonesia memang kebanyakan dari Pulau Jawa, tetapi wayang kulit ada juga yang berasal dari Palembang, Banjarmasin, Bali, dan Lombok menjadi bagian koleksi dari Museum Wayang, Kota Tua, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.
Wayang merupakan suatu pertunjukan yang di dalamnya mengandung nilai filosofi kehidupan manusia yang dikemas dalam suatu bentuk tontonan, tuntunan dan tatanan.
Saat memasuki pintu masuk museum, sudah terasa suasana klasik seakan bunyi-bunyi gamelan bergemuruh dengan menampilkan sejumlah wayang bersejarah.
Euforia anak-anak juga terdengar di sini, dalam mengisi liburan sekolah untuk mengunjungi museum.
Mereka sangat antusias sekali, ada yang berlari-lari kegirangan, di sisi lain ada yang sangat bersemangat dengan selalu bertanya kepada orang tuanya.
Ada yang berswafoto untuk mengabadikan momen jalan-jalan saat liburan sekolahnya untuk dijadikan cerita saat sekolah sudah masuk dan berbagai macam tingkah unik anak-anak lainnya.
Museum Wayang memiliki banyak koleksi wayang, pemandu museum ini sangat antusias menjelaskan beranekaragam yang ada di sini.
“Tempat ini memiliki total koleksi sebanyak 6.800,” ujar pemandu Irfan Yulianda saat ditemui langsung di Museum Wayang, Jakarta Barat.
Pada dasarnya koleksi yang ada di museum ini merupakan segi sejarah yang menjadi salah satu budaya di Indonesia.
Beragam jenis koleksi mulai dari Wayang Kulit, Wayang Beger, Wayang Klitik, Wayang Boger, Wayang Golek terpampang di setiap sudut tembok Museum Wayang.
Selain wayang ada pula koleksi lainnya, yaitu Patung Blencong, Boneka Si Unyil, serta lukisan dan topeng. Tidak lupa di sini juga memiliki alat musik tradisional dari Jawa, yaitu gamelan.
Di museum ini memiliki wayang Intan yang ada sejak 1870 dari Muntilan, Jawa Tengah merupakan salah satu wayang tertua yang berada di museum ini.
Wayang ini dibuat satu set dengan alat musik gamelan. Namun Wayang Intan di pajang terpisah dengan gamelannya, karena gamelan dijadikan satu dengan alat musik yang lainnya.
Wayang kulit yang berasal dari luar pulau Jawa, seperti wayang kulit dari Palembang bernama Rama Wijaya, Dewi Sinta dan Wibisana.
Wayang kulit baru masuk Palembang pada tahun 1900-an yang merupakan budaya kulturasi dari kesenian wayang Jawa. Sebab pada dasarnya budaya Palembang dan Jawa memiliki kesamaan tertentu.
Perbedaan wayang kulit Palembang dengan Jawa adalah dari segi dialog yang menggunakan bahasa masing-masing dari daerah tersebut.
Wayang kulit dari Palembang ini memiliki warna yang agak mencolok atau agak terang.
Dengan warna kuning tembaga yang terang dipadankan dengan banyaknya warna dominan merah cabai dan hijau lalu diselipkan pula warna hitam sebagai penyeimbang.
Setelah itu terdapat koleksi wayang kulit Banjar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang terdiri dari Yudistira, Bima Sena, Harjuna Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
Wayang ini dihiasi dengan motif seni dari Banjarmasin sehingga terasa sekali koleksi ini bukan berasal dari pulau Jawa. Kisah wayang kulit Banjar berasal dari dua kitab kuno khasanah Hindu yaitu Ramayana dan Mahabarata.
Selain itu terdapat pula koleksi wayang kulit dari Bali yang terdiri dari pandawa lima yaitu Yudistira, Bima Sena, Harjuna, Nakula dan Sadewa.
Wayang kulit ini memakai kain dengan motif kain poleng yang melambangkan keseimbangan antara dua hal yang bertolak belakang.
Dan juga terdapat wayang kulit dari Lombok yang dinamai wayang kulit sasak. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang dipahat dan diwarnai.
Wayang Kulit Sasak adalah Wayang kulit yang berkembang di Lombok yang pada dasarnya mengambil cerita Menak yang ceritanya bersumber dari Cerita Amir Hamsah, yaitu paman Nabi Muhammad SAW.
Daerah sebarannya dapat ditemui pada provinsi Nusa Tenggara Barat. Wayang ini memiliki cerita bernuansa islami yang dibuat pada tahun 1955 dan menjadi koleksi Museum Wayang pada 1976.
Walaupun nama-nama ini terinspirasi dari pulau Jawa tetapi Palembang, Bali, Banjarmasin dan Lombok memiliki ciri khas masing-masing daerah.
Pengunjung yang datang silih berganti, berputar-putar mengelilingi museum ini jika kapasitas pengunjung dirasa penuh petugas akan menahan di pintu masuk untuk menunggu pengunjung yang di dalam akan keluar.
Semenjak pandemi COVID-19 tempat ini ditutup total, namun setelah diperbolehkan untuk buka kembali dengan syarat tetap menjaga protokol kesehatan banyak pengunjung antusias mendatangi museum ini.
Museum ini buka mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Tarif yang dikenakan untuk masuk dengan kategori dewasa dikenakan Rp5.000, mahasiswa Rp3.000 dan untuk pelajar dikenakan Rp2.000. Harga tiket yang sangat terjangkau membuat tempat ini ramai, dalam masa-masa liburan sekolah saat ini pengunjung datang sekitar 300 sampai 500 pengunjung.
Museum Wayang ini tidak hanya menampilkan wayang, patung, lukisan melainkan terdapat berbagai kegiatan, kegiatan ini tidak hanya melihat pameran wayang saja tetapi ada pelatihan (workshop) wayang janur yang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp15.000. Setelah itu setiap hari minggu terdapat kegiatan pagelaran wayang yang berada di dalam museum dan tidak dikenakan biaya tambahan. Museum ini juga menggelar pagelaran publik semalam suntuk ke wilayah-wilayah.
Sejumlah pengunjung mengantre masuk di Museum Wayang, Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat (8/7/2022).-- (ANTARA/Ulfa Jainita)
Sejarah Bangunan Museum Wayang
Seorang pemandu dengan mengenakan setelan berwarna cokelat, dilengkapi dengan bordir logo Museum Wayang di sisi kiri saku atas bajunya menyatakan bahwa beliau pemandu museum ini sejak tahun 2015.
Tidak lupa beliau mengenakan tanda pengenal yang menempel di seragamnya bertuliskan nama Irfan Yulianda. Lalu Irfan menceritakan awal mula museum ini terbentuk.
Awal mula bangunan ini dibangun menjadi sebuah gereja bernama “de Oude Holandsche Kerk” pada tahun 1640. Lalu pada tahun 1732, Gedung diperbaiki dan diganti nama menjadi “de Nieuw Holandsche Kerk” bangunan ini pernah hancur total akibat bencana gempa bumi. Kemudian tahun 1939 gedung ini dijadikan museum pada tahun 1939 dengan nama "Oude Bataviasche Museum" oleh "Stichting Oud Batavia" atau Lembaga Batavia Lama. Setelah Indonesia merdeka, tahun 1954 gedung diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Lalu, gedung ini diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 1962. Tahun 1970 digunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat. Kemudian museum ini diresmikan menjadi Museum Wayang pada tanggal 13 Agustus 1975 yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu bapak Ali Sadikin.
Alasan pemilihan menjadi Museum Wayang karena memang untuk melestarikan budaya wayang yang merupakan budaya asli Indonesia.
Museum ini bekerja sama dengan Suku Dinas (Sudin) kependidikan Jakarta “Wajib kunjung museum”. Dengan kerja sama ini membuat anak sekolah berbondong-bondong untuk mengunjungi tempat ini.
Harapan pemandu semoga antusias masyarakat meningkat dengan mengunjungi tempat-tempat budaya, memiliki seni serta sejarah di Museum Wayang sehingga dapat melestarikan budaya Indonesia.
Di sisi pengunjung mengaku sebagai penikmat sejarah bernama Diah yang mengenakan baju hitam ditemani dengan saudaranya datang langsung dari Medan, Sumatera Utara.
Sambil menunggu waktu keberangkatan bus menuju Yogyakarta tiba, mereka mengisi waktu luang dengan mendatangi Museum Wayang ini yang menurutnya banyak memiliki nilai-nilai seni dan sejarah.
“Baru pertama kali ke museum ini, dan sangat kagum dengan isi yang ada di dalam,” kata pengunjung Diah Syafitri Chan (22).
Ia berkata penjelasan yang ada di museum ini sangat jelas dan mudah dimengerti sehingga baginya sebagai penikmat atau pecinta sejarah mendapatkan informasi baru.
Diah juga berharap banyak tempat-tempat seperti ini di Indonesia karena generasi milenial perlu tahu keanekaragaman budaya Indonesia.
“Saya berharap banyak tempat-tempat yang memberi edukasi seperti museum ini,” lanjutnya.
Dengan juga menambahkan lagi koleksi-koleksi wayang yang dipamerkan dari berbagai penjuru wilayah. Selain Diah, salah satu pengunjung lainnya bertutur.
“Baru tahu ternyata wayang bukan hanya berasal dari pulau Jawa,” tutur pengunjung lainnya bernama Fuja Maulidia (20).
Ia melanjutkan setelah saya mengelilingi museum ini, banyak sekali informasi yang didapatkan. Fuja menjadi tahu bahwasanya wayang kulit itu bukan hanya dari pulau Jawa, melainkan ada yang berasal dari Sumatera yaitu Palembang, Lombok, Bali, Kalimantan tepatnya Banjarmasin hingga dari Mancanegara.
Pewarta: Ulfa Jainita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: