Juli-September Hadapi Dua Jenis Bencana Sekaligus
--
JAKARTA, rakyatbengkulu.disway.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, dalam periode Juli sampai awal September, Indonesia berpotensi menghadapi dua jenis bencana sekaligus. Yaitu bencana hidrometeorologi basah dan hidrometeorologi kering.
Masyarakat diminta untuk tetap meningkatkan kewaspadaan, apalagi saat terjadi cuaca ekstrim. Keterangan tersebut disampaikan Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta kemarin (25/7).
Dia mengatakan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. Sedangkan bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan.
BACA JUGA:Cepat Tanggap Bencana Banjir, BRI Salurkan Bantuan ke Warga Ciledug, Tangerang & Garut
Muhari mengatakan dalam kurun sepekan terakhir (18-24 Juli) terjadi 39 kejadian bencana yang melanda Indonesia dan seluruhnya adalah bencana hidrometeorologi.
Perinciannya adalah 18 kejadian karhutla, sembilan banjir, delapan kejadian cuaca ekstrem, dan empat kejadian tanah longsor.
’’Pada periode Juli sampai awal September nanti, ada pergeseran cuaca. Di waktu bersamaan kita alami bencana hidrometeorologi basah dan hidrometeorologi kering,’’ katanya.
Muhari mengatakan BNPB bakal menangani kedua potensi bencana tersebut. Hanya saja konsentrasinya harus dibagi menjadi dua.
BACA JUGA:HUT ke-76 BNI, Turnamen e-Sports Dibanjiri 9.113 Peserta
Muhari menuturkan pada pekan-pekan sebelumnya banyak terjadi kasus banjir dan tanah longsor. Kemudian saat ini bergeser, mulai bermunculan kasus karhutla.
Meskipun begitu dia tetap memberikan peringatan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai maupun di area dengan kemiringan yang curam.
Dia mengatakan ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung selama satu jam, masyarakat diharapkan untuk berinisiatif mengamankan diri.
’’Ketika rumah tetangga dengan jarak 50 meter sudah tidak kelihatan, berarti curah hujannya tinggi,’’ katanya. Masyarakat secara mandiri harus berinisiatif mengamankan diri dari potensi luapan air sungai, banjir bandang, atau tanah longsor.
BACA JUGA:Kerugian Akibat Banjir Seluma Tembus Rp 5 Miliar
Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi untuk periode 25-26 Juli.
Gelombang dengan tinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di sejumlah perairan. Seperti di Samudera Hindia mulai dari selatan Banten hingga NTB. Kemudian di Selat Sunda Bagian barat dan selatan. (wan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: