HONDA

Menyelami Makna Tari Gandai Adat Mukomuko Bengkulu, Kisah Cinta Malin Deman dan Puti Bungsu

Menyelami Makna Tari Gandai Adat Mukomuko Bengkulu, Kisah Cinta Malin Deman dan Puti Bungsu

Tari Gandai adat Mukomuko Bengkulu dipentaskan malam hari hingga menjelang Subuh pukul 04.00.--Instagram/budaya.sayo

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Tari Gandai merupakan tarian khas suku Pekal adat Mukomuko, Bengkulu yang dipentaskan pada malam hari setelah Isya hingga Subuh kisaran pukul 04.00. 

Ada makna yang terkandung dari tarian yang menceritakan tentang kisah cinta Malin Deman dan Puti Bungsu ini.

Pertunjukan tari Gandai dalam acara perkawinan merupakan sarana berkumpul dengan semua keluarga, para tetangga, dan kerabat.

Tarian ini menjadi tradisi yang diwariskan turun temurun oleh masyarakat Mukomuko. Tradisi ini dilaksanakan sebagai pelengkap acara adat perkawinan (bimbang) pada kalangan masyarakat yang ekonominya relatif baik.

BACA JUGA:Tari Bubu Terinspirasi Tradisi dan Budaya Masyarakat Bengkulu, Begini Asal Usul dan Maknanya

Tari Gandai berasal dari kata gando merupakan dialek masyarakat lokal mukomuko yang dapat berarti "ganda", tarian ini harus ganda atau berpasangan. 

Setelah itu penyebutan “gando” lambat laun berubah menjadi kata “gandai”. Meskipun penari yang tampil dalam tari gandai tidak terbatas jumlahnya mereka menari formasi saling berpasangan.

Sejarah dari tari Gandai diyakini sudah lama menjadi adat kehidupan masyarakat Mukomuko, ada salah satu yang mengatakan diawali dari kerajaan Anak Sungai sekitar abad ke-15 (tahun 1600-an).

Kerajaan tersebut dipimpin oleh Sultan Gulumatsyah  (Raja yang dikirim oleh Kerajaan Pagarurung) diperkirakan pada tahun 1691.

BACA JUGA:Tari Lanan Belek Adat Rejang yang Penuh Makna, Diangkat dari Kisah Pemuda Bertemu dengan Bidadari

Asal usul tari Gandai pada masyarakat Mukomuko dan suku Pekal, konon berasal dari kisah atau mitos cinta Malin Deman yang terpisahkan dengan Puti Bungsu.

Dahulunya tari Gandai dilakukan oleh saudara Puti Bungsu yang berjumlah 6 orang untuk menghibur Malin Deman. 

Malin Deman membuat suling (serunai) dari bambu (buluh) sebagai musik pengiring tarian tersebut. Tarian Gandai hingga saat ini terus tumbuh sebagai adat daerah Mukomuko dan suku Pekal.

Perkembangannya hingga saat ini tari Gandai dipentaskan untuk upacara adat, seperti dalam upacara bimbang (perkawinan), sunat rasul, dan perayaan lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: