Film 'Perlawanan Lintas Generasi', Kisah Inspiratif Pejuang Lingkungan Tolak Tambang Batubara dan PLTU
Kisah inspiratif perjuangan tolak tambang batubara dan PLTU ditampilkan dalam film 'Perlawanan Lintas Generasi'. --dokumen/rakyatbengkulu.com
BACA JUGA:DPRD Rejang Lebong Minta Penyelenggara Pemilu Bijak Gunakan Anggaran
"Kelompok rentan yakni anak-anak juga terkena penyakit kulit yang mewabah. Ini tidak hanya terjadi di Bengkulu dan Sumatera Selatan, tapi juga terjadi di Sumatera Utara, Jambi, dan beberapa wilayah lain dimana orang-orang yang tinggal di sekitar area pembangkit. Warga yang tinggal di sekitar pertambangan mengalami penderitaan atau mengalami kesakitan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan dan PLTU batubara," ungkap Ali.
Ali menambahkan, pada sisi ekonomi, dengan beroperasinya tambang dan PLTU batubara itu membuat tercemarnya Sungai Lematang.
Itu pasti akan berpengaruh terhadap nelayan-nelayan air tawar yang selama ini mengandalkan ekonomi dari keberadaan ikan maung dan beberapa ikan lainnya di wilayah Sungai Lematang.
"Begitupun dengan di Teluk Sepang, pembuangan limbah air bahang yang melebihi dari 2 derajat dari suhu normal air laut itu juga akan memberikan pengaruh. Peningkatan 1,5 derajat, ikan akan menjauh, sementara peningkatan 2 derajat, terumbu karang akan mati. Hal-hal seperti ini yang selama ini tidak menjadi perhatian dari para pihak," tegas Ali Akbar.
BACA JUGA:1 Juni, Dinsos Rejang Lebong Berkantor di Mall Pelayanan Publik.
Sementara itu, launching film berjudul Perlawanan Lintas Generasi dihadiri ratusan orang dan berlangsung di Aula Ahmad Dahlan Kampus IV Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) Jalan Adam Malik Kota Bengkulu pada Jumat, 31 Mei 2024.
Sebelum agenda menonton film, dilaksanakan diskusi yang dipandu Anom Prihantoro (Kepala LKBN Antara Bengkulu) menghadirkan Reza Yuliana (Posko Anak Padi), Harianto (Posko Lentera), Ahmad Ashov Birry (Bersihkan Indonesia), Susilo Wulan (Akademisi), Rusman Tobyakta Siregar (Presiden BEM UMB), Robby Fachrul Rozi (Penggiat Film Bengkulu, Rafflesia Motions Films), dan Ali Akbar (Kanopi Hijau Indonesia).
"Polusi tambang batubara dan polusi limbah PLTU telah mengakibatkan penurunan kualitas kesehatan bagi warga Teluk Sepang. Udara dan air di lingkungan mereka sudah tidak aman. Bila terus dibiarkan akan terjadi resiko besar. Setelah saat ini mereka menderita sakit kulit dan ISPA, ke depan warga Teluk Sepang diperkiraan akan menderita sakit paru-paru," ungkap Susilo Wulan, akademisi kesehatan.
Ahmad Ashov Birry dari Bersihkan Indonesia menyatakan, seharusnya negara harus bertanggung jawab menjamin atas hak warga untuk mendapatkan hidup yang sehat dan sejahtera.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Siapkan Rp54 Miliar untuk TPP Tahun 2024, Baru 50 Persen OPD Ajukan Pencairan
"Kita semua wajib mengoreksi negara karena bila transisi energi ke arah energi bersih gagal maka lingkungan akan makin rusak parah," katanya.
Setelah mengetahui kenyataan tersebut, Rusman Tobyakta Siregar, Presiden BEM UMB mengajak para mahasiswa untuk membantu warga Teluk Sepang agar bisa menutup PLTU Teluk Sepang sehingga kehidupan mereka dan semua warga di Kota Bengkulu bebas dari polusi limbah PLTU Teluk Sepang.
Di acara yang sama, Robby Fachrul Rozi, Penggiat Film Bengkulu, Rafflesia Motions Films, berkomentar, film Perlawanan Lintas Generasi ini sangat bagus untuk ditonton.
"Film ini membuka sebuah realita kehidupan yang ada di masyarakat, dampak negatif pertambangan batu bara, PLTU khususnya untuk masyarakat sekitar kawasan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: