BANNER KPU
HONDA

Kawalu, Tradisi Adat Suku Baduy Tutup Akses Pengunjung hingga 3 Bulan

Kawalu, Tradisi Adat Suku Baduy Tutup Akses Pengunjung hingga 3 Bulan

Kawalu, Tradisi Adat Suku Baduy Tutup Akses Pengunjung hingga 3 Bulan--Tiktok/sukaliburan.id

BENGKULU, RAKYATBENGKULU - Kawalu merupakan tradisi adat suku baduy yang menjadi warisan nenek moyang, sehingga dalam tradisinya suku ini menutup akses pengunjung hingga 3 bulan lamanya.

Kawalu sendiri menjadi bagian dari tradisi yang diungkapkan oleh Sarti salah satu gadis asli Baduy ketika diwawancarai oleh Nikita Mirzani dalam kanal youtubenya.

Biasanya tradisi adat Kawalu ini dilakukan dengan puasa dipedalaman suku Baduy dan dilanjutkan melakukan masak serta juga makan-makan, maka dari itu akses pengunjung ditutup pada saat acara sakral tersebut.

Kawalu ini menjadi upacara syukuran oleh suku Baduy terhadap hasil bumi yang mereka dapatkan maka dari itu dalam perjalanannya dilakukan selama 3 kali dalam setahun.

BACA JUGA:Memasuki Hari ke 3 Pencarian Pemancing Hilang di Pantai Teluk Sepang, Tim SAR Gabungan dibagi menjadi 4 SRU

Tentunya ini bukan sembarangan adat istiadat, siapapun yang mendatangi daerah mereka tinggal dipedalaman tidak diperbolehkan untuk membawa peralatan berupa barang elektronik.

Bukan hanya itu setiap pengunjung yang ingin memasuki daerah sakral suku Baduy disuruh untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbeda dengan lainnya, tidak boleh membawa sabun dan peralatan mandi lainnya.

Mereka sangat menjunjung tinggi kedekatan dengan alam, jadi mereka semua menyatu dengan alam untuk kehidupannya. Maka dari itu selama Kawalu berlangsung mereka menutup akses pengunjung luar.

Hal tersebut lantaran mereka ingin kesakralan dari adat tersebut tidak diganggu oleh dunia luar, maka dari itu orang yang datang di daerah pedalaman dilarang membawa kamera dan sejenisnya.

BACA JUGA:Nikita Mirzani Ingin Tahu Kehidupan Masyarakat Baduy, Pernikahan di Sini Digelar 2 Hari 2 Malam

Untuk menentukan waktu dilakukannya Kawalu ini dapat ditentukan oleh tokoh adat setempat atau Puun, jadi tidak bisa sembarangan orang yang menentukan terjadinya Kawalu ini.

Tentunya mereka dalam adat tersebut harus berpuasa dengan melakukan berbagai aktifitas adat dan juga mencari makan di alam dengan melakukan pemburuan di hutan.

Mereka hidup dengan kembali ke alam, mencari makan dengan bergantung dengan alam sekitarnya dan juga mereka hidup juga bercocok tanam di ladang dan di hutan dalam berburu.

Mereka juga tidak hidup individual, mereka sangat menyukai hidup bergotong royong satu sama lain dalam membuat rumah, bekerja di ladang baik itu juga memanen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: