Nikita Mirzani Ingin Tahu Kehidupan Masyarakat Baduy, Pernikahan di Sini Digelar 2 Hari 2 Malam

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM  - Nikita Mirzani melakukan kunjungan ke daerah Baduy di Kabupaten Lembak Provinsi Banten, untuk mengenal kehidupan masyarakat Baduy.

Nikita Mirzani melakukan berbagai kegiatan di sana. Diantaranya bersama masyarakat suku Baduy, dia penasaran dengan adat istiadat di sana. Nikita kemudian mengajak Sarti gadis Baduy untuk berbincang-bincang.

Dalam perbincangan tersebut membahas mengenai kehidupan masyarakat Baduy, dimana mereka melakukan pernikahan biasanya sesama orang asli Baduy.

Namun ada juga yang memilih untuk menikah dengan orang luar, konsekuensinya mereka harus menanggalkan keluarga mereka sendiri dan keluar dari adat Baduy.

BACA JUGA:Ramalan Bulanan Shio Kerbau Tahun 2025! Panduan Lengkap untuk Tahun Ular Kayu

Sejatinya orang Baduy yang mau ke dunia luar harus menanggalkan identitasnya sebagai masyarakat Baduy, jika ingin kembali lagi mereka harus izin dengan para ketua adat di sana.

Tentunya adat yang kental ini sebenarnya merupakan identitas dari suku Baduy, yang salah satu menarik oleh Nikita Mirzani adalah mengenai pernikahan mereka yang dilakukan selama 2 hari 2 malam.

Dikatakan Sarti, bagi perempuan Baduy yang mau menikah di sana ada beberapa adat yang harus dilakukan selama 2 hari tersebut, "Paling ada kumpulan Leutik dan kumpulan gede. Jadi dua hari itu kayak istilahnya susah juga sih jelasinnya."

Kemudian Nikita Mirzani menanyakan soal ada tidak bagian dari hiburannya, "Jelasinnya pokoknya dua hari dua malam ada dangdutan nggak? Ngundang artis-artis nggak?".

BACA JUGA:Wow! Cara Mudah Mendapatkan Uang dari YouTube Khususnya untuk Pemula

Dikatakan oleh Sarti bahwa bagian dari hiburan itu ada, "Kebetulan aku penarinya. Nari Jaipong di kampung kita ada yang bisa mainkan alat musik, ada rombongannya nggak manggil artis, di sini itu kita-kita aja."

Dikatakan oleh Nikita Mirzani bahwa Rukun Tetangga di daerah suku Baduy ini sangat bagus sekali, mereka membuat rumah dengan bergotong-royong secara bersama-sama.

"Kalau mau membikin rumah cowok-cowoknya ngebantu semua, paling dikasih makan nanti begitu pula misalkan tetangganya satu lagi mau bikin rumah dia udah dibikin di rumah bantuin juga," ujarnya.

Selain itu, di daerah tersebut memang ada salah satu warganya yang ingin menikah, mereka biasanya gadis-gadis belia menikah pada umur sekitar 16 tahun, sudah cukup untuk membina rumah tangga.

Sumber: