Kisah Sayyida al-Hurra Wanita Muslim yang Ditakuti Bangsa Eropa
Kisah Sayyida al-Hurra Wanita Muslim Yang Ditakuti Bangsa Eropa--Bing.com/Hendri/Rakyatbengkulu.com
Pernikahan dengan Sultan Maroko
Di puncak kekuasaannya, Sayyida al-Hurra menikah dengan Sultan Ahmad al-Wattasi dari Maroko pada tahun 1541.
Adapun pernikahan ini unik karena dilakukan di Tétouan, bukan di istana Sultan di Fez.
Hal ini menunjukkan betapa besar kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki Sayyida al-Hurra.
BACA JUGA:Kisah Islami, Seorang Sahabat Nabi Daud yang Ditunda Kematiannya oleh Allah SWT
Kejatuhan dan Akhir Hidup
Akan tetapi, kekuasaan Sayyida al-Hurra mulai menurun ketika saudaranya, Moulay Ahmed al-Hassan al-Mandri merebut kendali Tétouan di tahun 1542.
Setelah digulingkan, Sayyida al-Hurra menghabiskan sisa hidupnya dalam pengasingan, dan meninggal sekitar tahun 1561.
Sayyida al-Hurra dikenang sebagai simbol kekuatan dan ketahanan wanita Muslim.
Sayyida al-Hurra adalah contoh dari pemimpin wanita yang mampu mengatasi tantangan dan membuktikan kemampuan kepemimpinan yang luar biasa dalam konteks yang sangat patriarkal.
BACA JUGA:Kisah Intel Polisi Wanita, Selamatkan Anak di Bawah Umur Rela Nyamar Jadi PSK
BACA JUGA:Kisah Intel TNI yang Rela Menyamar Jadi ODGJ, Bongkar Pergerakan PKI
Kisah Sayyida al-Hurra adalah bukti dari kompleksitas sejarah Maroko dan dunia Islam pada abad pertengahan.
Serta menunjukkan bagaimana wanita dapat memainkan peran yang signifikan dalam sejarah dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber