HONDA

Gen Z Banyak Mengaku Bipolar, Marshanda Ungkap Diagnosisnya Tidak Semudah Itu

Gen Z Banyak Mengaku Bipolar, Marshanda Ungkap Diagnosisnya Tidak Semudah Itu

Marshanda yang memiliki penyakit bipolar tidak ingin orang-orang menganggap hal tersebut menjadi trending dan mudah sekali dijadikan alasan--Instagram/marshanda99

RAKYATBENGKULU.COM – Fenomena banyaknya anak muda, terutama dari generasi Z yang mengaku menderita gangguan bipolar, mendapat sorotan dari Marshanda.

Dalam wawancaranya di kanal YouTube Deddy Corbuzier yang dipandu oleh Pras Teguh, Marshanda mengungkapkan bahwa diagnosis gangguan bipolar tidak semudah yang dibayangkan banyak orang.

Marshanda, yang juga pernah mengalami masalah kesehatan mental, menjelaskan bahwa gangguan bipolar merupakan kondisi yang memerlukan pemeriksaan mendalam oleh tenaga profesional.

"Psikiater aja untuk menentukan lo bipolar harus interview Bapak Ibu lo dan orang yang di sekitar lo," ungkapnya.

Sayangnya, saat ini banyak orang, terutama dari kalangan Gen Z, yang dengan mudah mengklaim dirinya menderita bipolar tanpa menjalani diagnosis yang tepat.

BACA JUGA:Rincian Dana Desa 2025 Poso Sulawesi Tengah Rp117,9 miliar, Berikut Detail per Desa: Simak yang Terbesar

BACA JUGA:Anjasmara Isu Memiliki Istri Muda, Benarkah? Ini Klarifikasi dari Sang Aktor

Padahal, seperti yang dijelaskan Marshanda, diagnosis tersebut harus melalui serangkaian evaluasi dari profesional medis, dan tidak bisa sembarangan disimpulkan.

Marshanda juga menyampaikan kebingungannya tentang fenomena ini, di mana banyak orang, termasuk di media sosial, yang menganggap gangguan bipolar sebagai tren.

"Jadi gua trending gitu ya, gua bingung, sementara gue pengen banget nggak kayak gitu, nggak usah jalanin minum obat dari psikiater bla bla bla dan ini orang pada trending dan salah," ujar Marshanda, yang menekankan pentingnya pemahaman yang benar tentang gangguan mental tersebut.

Selain itu, Marshanda mengkritik penggunaan penyakit mental sebagai alasan untuk mendapat pengertian atau perlakuan khusus.

"Udah gitu jadikan alasan, 'lu Ngertiin gue dong, gue kan bipolar', terus dia bisa semena-mena sama orang, itu nggak fair sih," tambahnya.

BACA JUGA:Rincian Dana Desa Tahun 2025 Tiap Desa di Banggai Sulawesi Tengah, Total Rp219 Miliar: Dari M-U

BACA JUGA:Rincian Dana Desa Tahun 2025 Tiap Desa di Banggai Sulawesi Tengah, Total Rp219 Miliar: Dari A-M

Pras Teguh, yang turut hadir dalam wawancara tersebut, juga mengungkapkan pengalamannya berhadapan dengan orang yang mengaku bipolar, termasuk beberapa karyawan muda yang bekerja dengannya.

"Ada karyawan gue, udah gua istirahatkan. Jangan dipecat tiba-tiba, dia nggak mau ngedit aja, Bel, tiba-tiba dia pulang dan nonton bioskop," cerita Pras.

Pras mengaku bingung dengan sikap karyawan tersebut yang justru lebih memilih bersantai tanpa bekerja.

Lebih lanjut, Pras Teguh menjelaskan bahwa fenomena ini cukup sering ditemui di kalangan generasi Z, yang mudah mengklaim diri mereka memiliki gangguan mental tanpa pemahaman yang mendalam.

Hal ini pun, menurut Pras, menambah kebingungannya tentang pentingnya pendidikan kesehatan mental yang lebih baik di kalangan anak muda saat ini.

BACA JUGA:Berapa Rincian Dana Desa 2025 untuk Desa di Malaka Provinsi NTT? Rp112,1 Miliar, Berikut Lengkapnya

BACA JUGA:10 Cara Praktis Merawat Kaki dan Tangan Agar Tetap Bersih dan Rapi

Marshanda dan Pras Teguh sepakat bahwa masalah kesehatan mental, terutama gangguan bipolar, memerlukan pemahaman yang lebih mendalam.

Mereka mengingatkan bahwa diagnosis harus dilakukan oleh psikiater yang berkompeten, dan tidak boleh dianggap ringan.

Kesalahpahaman ini berpotensi merugikan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan pengobatan dan dukungan profesional.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: