HONDA

Film Gowok: Kamasutra Jawa, Warisan Tradisi yang Menantang Batas Norma

Film Gowok: Kamasutra Jawa, Warisan Tradisi yang Menantang Batas Norma

Film Gowok: Kamasutra Jawa – Ketika Masa Lalu Kembali untuk Membalas--Instagram/ hanungbramantyo

RAKYATBENGKULU.COM – Gowok: Kamasutra Jawa menjadi suguhan terbaru dari sutradara kenamaan Hanung Bramantyo yang menyajikan drama budaya berlatar Jawa era 1940-an. 

Film ini bukan hanya menyentuh sisi emosional penonton, tetapi juga menggali lebih dalam soal tradisi, seksualitas, dan dinamika patriarki yang masih terasa relevan hingga kini.

Film berdurasi 132 menit ini resmi tayang di bioskop Indonesia mulai 15 Juni 2025, setelah sebelumnya mendapat sambutan hangat saat berkompetisi di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. 

Melalui narasi yang kuat dan visual khas Hanung, Gowok membawa penonton pada perjalanan batin para tokohnya yang terjebak antara warisan budaya dan pergulatan perasaan pribadi.

BACA JUGA:Terbuai Janji, Ribuan Warga Lebong Diduga Jadi PMI Ilegal

BACA JUGA:Parkir Jadi Tambang PAD, Rejang Lebong Bidik Pengelolaan Profesional

Mengangkat latar masa kolonial, film ini mengenalkan penonton pada sosok gowok — seorang perempuan yang bertugas membekali pria bujang dengan pemahaman tentang keharmonisan dalam kehidupan rumah tangga. 

Tokoh sentral, Nyai Santi, dikenal luas sebagai pelatih hubungan suami-istri yang dihormati dalam masyarakat patriarkal. 

Ia membesarkan anak angkat bernama Ratri, gadis muda yang disiapkan menjadi penerusnya.

Namun, kehidupan Ratri berubah saat ia jatuh cinta pada Kamanjaya, pria dari keluarga terpandang.

BACA JUGA:Tender Dini, Langkah Pasti Rejang Lebong Wujudkan Proyek Air Bersih 2025

BACA JUGA:Jejak Fiktif Perjalanan Dinas, 11 Mantan Anggota DPRD Kaur Dipanggil Lagi

Cinta mereka kandas karena status sosial yang berbeda. 

Dua puluh tahun berlalu, mereka bertemu kembali dalam situasi yang tak terduga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: