Awards Disway
HONDA

Draw The Line di Bengkulu, Desakan Transisi Energi Bersih yang Tak Bisa Lagi Ditunda

Draw The Line di Bengkulu, Desakan Transisi Energi Bersih yang Tak Bisa Lagi Ditunda

Desakan transisi energi bersih yang tak bisa lagi ditunda menggema dalam aksi kampanye iklim bertajuk "Draw The Line: Saatnya Energi Bersih, Bukan Janji!" --dokumen/rakyatbengkulu.com

BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Sore itu, Bundaran Fatmawati Kota Bengkulu dipenuhi semangat muda. Ratusan orang berdiri berjejer, sebagian duduk melingkar, sementara yang lain mengangkat poster berwarna cerah bertuliskan “Saatnya Energi Bersih, Bukan Janji!”.

Dari pengeras suara terdengar teriakan penuh emosi: “Draw The Line!”. Seruan itu disambut koor massa, menggema di persimpangan jalan paling sibuk di Bumi Merah Putih.

Aksi kampanye iklim bertajuk "Draw The Line: Saatnya Energi Bersih, Bukan Janji!" yang digelar pada Minggu, 21 September 2025 ini bukan sekadar unjuk rasa biasa.

Ini adalah bagian dari kampanye global yang diinisiasi oleh organisasi internasional 350.org, mengajak masyarakat dunia untuk menarik garis batas—sebuah simbol perlawanan terhadap energi kotor seperti batubara, minyak, dan gas.

BACA JUGA:Menyeimbangkan Antara Pemajuan Ekonomi dan Transisi Energi

BACA JUGA:PLTS di Bengkulu Terbengkalai, Pemerintah Dianggap Kurang Serius dalam Transisi Energi

Di Bengkulu, gaung kampanye ini terasa sangat relevan. Provinsi yang terletak di pesisir barat Sumatra ini telah lama hidup berdampingan dengan PLTU Batubara Teluk Sepang. Sebuah “raksasa hitam” yang menjadi sumber listrik, tetapi juga sumber polusi dan kerusakan lingkungan.

Di tengah kerumunan, Yayuk Anastasia, koordinator aksi, berdiri mantap dengan pengeras suara di tangan. Wajahnya serius, suaranya bergetar namun tegas.

“Kami tidak ingin lagi hanya janji-janji transisi energi. Kami ingin aksi nyata, sekarang juga. PLTU sudah merusak udara, tanah, air, bahkan kesehatan masyarakat Bengkulu,” ujarnya.

Yayuk bukan sekadar aktivis yang berteriak tanpa dasar. Ia bersama warga sekitar Teluk Sepang telah melihat dan merasakan dampak nyata PLTU.

BACA JUGA:Stop Polusi! Dorong Transisi Energi Bersih di Sumatera, Masyarakat Desak Pensiunkan PLTU

BACA JUGA:Transisi Energi Bersih Mendesak, Keberlangsungan Pangan Terancam

Udara di sekitar permukiman sering dipenuhi debu hitam. Limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) mencemari lahan warga, membuat tanaman sulit tumbuh subur. Lebih memprihatinkan lagi, banyak warga terutama anak-anak yang menderita penyakit pernapasan.

“ISPA sudah seperti penyakit tahunan. Belum lagi asma, bahkan ada yang divonis kanker. Semua karena polusi dari PLTU,” tambahnya.

Krisis Iklim Bukan Sekadar Angka

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: