JAKARTA – Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) - Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020 digelar hari ini (5/7) di 73 pusta UTBK. Setidaknya ada sekitar 555.906 orang peserta yang bakal mengikuti tes pada tahap pertama yang diadakan sampai 14 Juli 2020 mendatang.
Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Jamal Wiwoho menegaskan, bahwa seluruh PTN yang jadi pusat UTBK telah siap 100 persen untuk menjalankan tes. Meski ada salah satu PTN yang akhirnya memutuskan tidak ikut dalam pelaksanaan UTBK tahun ini. ”Memang ada satu yang tidak siap, yaitu Unesa. Jadi tidak ikut dalam pelaksanaan ini, yang kemudian peserta dipindah ke ITS dan Unair,” tuturnya saat dihubungi kemarin (7/4). Menurutnya, segala persiapan telah dimatangkan. Mulai dari skema peserta datang, sarana dan prasarana cuci tangan, proses pergantian sesi ujian hingga mitigasi bila ada kondisi force majeure. Lebih detil dia memaparkan, nantinya, pintu masuk universitas hanya ada satu yang difungsikan. Hal ini untuk memastikan seluruh protocol kesehatan benar-benar diterapkan. Peserta wajib menggunakan masker saat masuk. Kemudian, dites suhu menggunakan thermogun. ”Kemudian bagi yang diantar, hanya akan di drop di depan. Pengantar dilarang turun, apalagi mengantar sampai ruang tes,” tagasnya. Bagi peserta yang ternyata terdeteksi demam dengans suhu di atas 38 derajat celcius, maka akan langsung dilarang masuk. Peserta tidak diizinkan mengikut ujian di hari tersebut. namun, diberikan kesempatan untuk mengikuti tes susulan. ”Boleh susulan, boleh di tahap II. Kita tunggu sampai suhu turun,” jelas Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) tersebut. Sebab, kata dia, yang paling penting saat ini ialah menjamin keselamatan dan kemaianan peserta, pengawas, panitia, pengantar, dan masyarakat pada umumnya. Pihaknya tidak ingin ada klaster baru dalam pelaksanaan UTBK kali ini. Karenanya, ada perubahan-perubahan yang dilakukan dalam pelaksanaan UTBK di masa pandemic ini. Diantaranya, perubahan jadwal ujian yang dilaksanakan dua kali. Tahap pertama 5-14 juli 2020, yang diselenggrakan di 73 pusat UTBK dan tahap kedua, 20-29 Juli 2020 yang dilaksanakan bekerjasama dengan SMA/SMK termasuk perguruan tinggi swasta di mana peserta UTBK berada. Tahap kedua ini, diakuinya, diputuskan agar tidak menyebabkan perpindahan peserta dari satu tempat ke tempat lain. Terutama, antar pulau antar provinsi. ”Oleh karenanya itu, yang mengambil pusat UTBK luar mengikuti di tahap II yang dikondisikan oleh LTMPT,” paparnya. UNS sendiri, setidaknya ada 5 ribu peserta dari 24 ribu peserta yang telah dipastikan mengikuti UTBK tahap II karena berada di luar wilayah Solo. Jamal mengatakan, pihaknya hanya menerima peserta dari Solo, Karangnganyar, Sragen, Wonogiri, dan Boyolali karena dinilai lebih aman dari penularan Covid-19. Selain itu, pengurangan sesi ujian dari empat sesi menjadi dua sesi dalam sehari. Cara ini diharapkan bisa mengurangi kerumuman dan pengumpulan massa. Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) juga telah mengatur jarak setiap sesi agar tidak terlalu berdekatan. Sesi I diselenggarakan pukul 09.00-11.15 WIB, kemudian sesi II dimulai pukul 14.00-16.15. jeda tersebut nantinya digunakan untuk melakukan pembersihan ruang kelas hingga computer. Sehingg dipastikan ruangan dan computer aman. ”Setelah sesi I selesai, maka langsung dilakukan pembersihan dengan protocol Covid-19, baik meja, kursi, kompter, dan keyboard,” ungkapnya. Selain itu, seluruh pusat UTBK telah bekerja sama dengan Satgas Covid-19 di masing-masing daerah. Nantinya, satgas ini yang menjadi leading sector untuk menjaga kesehatan dan keselamatan seluruh peserta dan panitia saat tes berlangsun. Mereka bakal standby selama masa tes nantinya. ”Satgas ini yang juga memberikan rekomendasi soal boleh tidak daerah tersebut menyelenggarakan UTBK di sana,” tutur Jamal. Ketua Pusat UTBK Universitas Indonesia Rosari Saleh memastikan, pihaknya telah siap untuk menyelenggarakan tes hari ini (4/7) baik di di kampus UI Depok maupun Salemba. UI telah melakukan serangkaian persiapan untuk menghadapi pelaksanaan UTBK, mulai dari membentuk panitia khusus, pembekalan bertahap "real-like situation" di laboratorium-laboratorium komputer bagi para petugas yang terlibat. Sebagai informasi, total kapasitas peserta UTBK di UI sebanyak 910 unit komputer, dengan rincian 720 unit di kampus UI Depok, dan 190 unit di kampus UI Salemba. ”UI juga menyediakan tenaga medis, lengkap dengan ambulans dan tim K3L UI pada hari pelaksanaan UTBK,” ujarnya. Diakuinya, UTBK 2020 sangat special. Sehingga persiapan pun dilakukan secara maksimal dengan memenuhi protokol kesehatan yang juga panduan dari panitia pusat. Misalnya, melakukan pengaturan sistem sirkulasi udara pada semua lokasi ujian, melakukan pembersihan ruangan sebelum dan sesudah ujian dilaksanakan, disinfeksi filter AC, hingga mengoptimalkan sirkulasi udara segar di dalam ruangan. Tak lupa. menyediakan fasilitas cuci tangan dan hand sanitizer di seluruh lokasi ujian. ”Kami berharap semua peserta dan para orang tua juga bisa bekerja sama untuk meminimalisir risiko penyebaran Covid-19,” tuturnya. Karena, panitia akan mencegah kerumunan tanpa jarak dan menjaga lokasi tetap steril. Para pengantar atau penjemput hanya boleh drop off saja. ”Pengaturan waktu ujian sudah disesuaikan agar peserta mempersiapkan peribadatan sebelum atau sesudah tes di rumah masing-masing,” sambungnya. Peserta juga diwanti-wanti untuk tidak lupa membawa kartu peserta ujian, kartu identitas (KTP/SIM/Kartu Pelajar), fotokopi ijazah yang telah dilegalisasi atau surat keterangan lulus asli, alat tulis, dan hand sanitizer. Peserta dianjurkan untuk menggunakan face shield, makanan/minuman pribadi, obat-obatan pribadi, tissue basah dan kering. Terpisah, Koordinator Bidang Humas LTMPT Anwar Efendi mengungkapkan, baru 96 persen dari total peserta tahap I 579.069 orang yang melakukan percetakan kartu baru pada penutupan kemarin (4/7) sore. Artinya, hanya 555.906 orang yang diperkirakan bakal mengikuti tes tahap I karena jadwal dan lokasi terbaru berada di kartu tersebut. ”Data yang belum cetak kartu ada di masing-masing pusat UTBK dan diupayakan untuk dikontak guna memastikan kehadiran mereka hari ini,” paparnya. Dia pun menghimbau, agar peserta datang lebih awal dan memastikan telah mengetahui lokasi tesnya. Sehingga tidak terlambat. Mengingat mereka harus menjalani serangkaian prosesi protocol kesehatan sebelum memulai tes. Seperti diberitakan sebelumnya, sehubungan dengan adanya Pandemi COVID-19 maka tes UTBK Tahun 2020 hanya berupa Tes Potensi Skolastik (TPS). TPS mengukur kemampuan kognitif, yaitu kemampuan penalaran dan pemahaman umum yang penting untuk keberhasilan di sekolah formal, khususnya pendidikan tinggi. Kemampuan ini meliputi kemampuan penalaran umum, pengetahuan kuantitatif, pengetahuan dan pemahaman umum, serta kemampuan memahami bacaan dan menulis. UTBK 2020 dapat diikuti oleh siswa lulusan tahun 2018, 2019, dan 2020 dari pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) dan sederajat, serta lulusan Paket C tahun 2018, 2019, dan 2020 dengan maksimal umur 25 Tahun. UTBK merupakan syarat utama untuk mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN). Forum Rektor Indonesia Sementara itu, Presiden Joko Widodo kembali mendorong kampus untuk memanfaatkan momentum naik kelasnya Indonesia menjadi middle up income country. Targetnya, Indonesia bisa masuk jajaran negara berpenghasilan tinggi pada 2045 mendatang atau seabad NKRI. Tentunya negara berpenghasilan tinggi yang berkeadilan sosial. Kebutuhan utama untuk menaikkan level Indonesia adalah SDM yang unggul, produktif, inovatif dan kompetitif. ’’Di sinilah posisi strategisnya pendidikan tinggi, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,’’ terang Jokowi. tugas kampus adalah mencetak anak-anak muda produktif dan kompetitif untuk ikut andik memajukan Indonesia. Untuk itu, kampus juga harus mengembangkan cara-cara dan strategi baru dalam menyiapkan SDM unggul. Menggunakan jalan pintas yang cerdas dan out of the box. Sebagian sudah mulai terealisasi saat ini di tengah pendemi, yakni dengan menjalankan kuliah secara daring. Cara lainnya, kampus-kampu harus saling berbagi dan bekerja sama. Mulai berbagi pengalaman secara daring,. Berbagi kurikulum dan silabus, koleksi perpustakaan, bahkan bila diperlukan berbagi dosen dan perkuliahan secara daring. Dia yakin forum rektor mapu merumuskan hal itu. Presiden juga mendorong agar para rektor agar memfasilitasi mahasiswanya untuk belajar kepada siapa saja. Tidak hanya belajar dari dosen. ’’Mahasiswa juga belajar kepada pelaku industri, wirausahawan, praktisi pemerintahan, praktisi hukum, dan para pelaku lapangan lainnya,’’ lanjut Jokowi. Agar mahasiswa bisa segera menangkap perubahan di luar yang begitu dinamis. Tidak hanya lewat membaca, namun juga melalui pengalaman nyata. Mahasiswa harus merdeka dan bisa belajar kepada siapa saja. Langkah konkret yang bisa dilakukan misalnya, kampus bekerja sama dengan industri, termasuk kawasan industri yang terdekat dnegan lokasi kampus. Bentuk kerja samanya bisa dengan membuka fakultas atau program studi yang karakternya dekat dengan jenis industri di kawasan tersebut. Selain itu, kampus bisa melakukan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan kawasn industri. Dia mengingatkan, bonus demografi sudah mulai terrasa saat ini. seabad Indonesia tinggal 25 tahun lagi. ’’Mari kita buktikan bahwa kita tidak akan terjebak middle income trap,’’ tambahnya. Melainkan, menjadi negara berpenghasilan tinggi yang berkeadilan sosial. Ketua Forum Rektor Indonesia 2019 Prof Yos Johan Utama menyampaikan sejumlah keluhan dalam kesempatan tersebut. Salah satunya adalah kuliah daring yang disebut presiden sebagai the next normal. Model perkuliahan itu melahirkan problem ekonomi baru bagi dosen dan mahasiswa. ’’(Problemnya) Pembelian paket data yang menguras pendapatan perguruan tinggi maupun mahasiswa,’’ terangnya. Meskipun demikian, dia tetap mengapresiasi langkah pemerintah mengeluarkan bantuan biaya kuliah kepada 400 ribu mahasiswa semester 3, 5, dan 7 yang terdampak pandemi. Itu di luar Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah untuk 200 ribu mahasiswa baru dan sekitar 267 ribu KIP on going. Yos menjelaskan, forum rektor sudah membuat sejumlah kajian bersama atas berbagai problem yang dihadapi Indonesia saat ini. Mulai dari persoalan hukum dan kebangsaan, revolusi mental, revitalisasi pendidikan tinggi, ekonomi, sosial, budaya, kampus merdeka, internasionalisasi perguruan tinggi, hingga ketahanan pangan. Sejumlah rekomendasi telah dihasilkan. Dalam bidang pembangunan manusia, harus ada prioritas terhadap penguatan karakter kebangsaan yang terangkum dalam empat konsensus dasar: Pancasila, Pembukaan UUD 1945, NKRI,d an Bhinneka Tunggal Ika. ’’Pemerintah diharapkan menindak tegas berdasar hukum, siapa saja yang menyebarkan ideologi bertentangan dnegan Pancasila,’’ lanjut Yos. Solusi yang bisa dilakukan bukan dengan membuat dan membahas RUU haluan ideologi Pancasila. Melainkan, membuat kebijakan dalam bidang pendidikan dan gerakan nasional revolusi mental yang memberikan pemahaman atas sejumlah hal dasar dalam hal kebangsaan. Secara khusus, dia mendorong Kemendikbud untuk membuat sebuah arah pembangunan SDM di Indonesia. fokus pada enam hal utama. Yakni, pendidikan karakter dan pengamalan pancasila, deregulasid an debirokratisasi, serta peningkatan investasi dan inovasi. Kemudian, penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan teknologi, dan terakhir fokus pada kemampuan adaptif terutama pada mahasiswa. Hadir dalam kesempatan tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pun langsung merespon sejumlah masukan yang dikemukanan. Salah satunya, mengenai paket internet. Nadiem menegaskan, bahwa pihaknya sudah berupaya menjalin kerja sama dengan perusahaan penyediaa layanan telekomunikasi agar paket internet untuk proses belajar lebih terjangkau. ”Kami sudah bekerja sama dengan berbagai platform pembelajaran gara dapat diskon dan harga lebih murah. Dan itu sudah jalan,” katanya. Selain itu, dia juga menyinggung soal instruksi agar perguruan tinggi negeri memberi bantuan ke dosen dan mahasiswa. Sementara bagi perguruan tinggi swasta, pihaknya telah mengalokasikan dana hingga Rp 1 Triliun untuk bantuan pendidikan. Dalam kesempatan tersebut, Nadiem juga mengajak para rektor Indonesia mengoptimalkan program Merdeka Belajar Episode 2. Yaitu Kampus Merdeka dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 demi terwujudnya SDM Unggul dan Indonesia Maju. Melalui program ini, kata dia, terbuka kesempatan luas bagi mahasiswa untuk memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata sesuai dengan passion dan cita-citanya. Sehingga, mahasiswa bisa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi. Dia juga mengimbau untuk membangun sistem pendidikan yang lebih adaptif. Sebab menurutnya, inovasi dan penyesuaian-penyesuaian yang berkaitan dengan mekanisme manajemen perguruan tinggi saat ini sangat penting dilakukan. (mia/byu)Pengantar Hanya Ngedrop, Wajib Pakai Masker, Terdeteksi Demam, Dilarang Ikut Tes Tapi Bisa Susulan
Minggu 05-07-2020,12:11 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :