Selamatkan Gajah Sumatera, Tuntut IUP PT Inmas Abadi Dicabut

Senin 25-10-2021,13:43 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

BENGKULU, rakyatbengkulu.com - Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat menggelar aksi di Tugu Fatmawati Simpang Lima Ratu Samban Kota Bengkulu, Senin (25/10).

Mereka menuntut agar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), tidak menggubris permintaan PT Inmas Abadi untuk menyusun dokumen amdal.

BACA JUGA:  Waspada Banjir Bisa Kian Meluas, Diprediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang Aksi berupa orasi dan pembentangan spanduk-spanduk penolakan keberadaan PT Inmas Abadi. Merupakan gabungan dari berbagai elemen seperti mahasiswa, OKP , NGO serta perwakilan warga.

Mereka juga menuntut kepada Gubernur Bengkulu atau menteri yang berwenang agar mencabut izin No. i.315 ESDM tahun 2017. Tentang izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi kepada PT. Inmas Abadi yang dinilai menjadi asal muasal kekacauan Bentang Seblat.

Aksi ini merupakan rangkaian penolakan yang sudah sejak lama disuarakan, sejak adanya izin pada tahun 2017.

Koalisi menilai, tambang batu bara PT. Inmas Abadi hanya akan mengakibatkan dampak buruk yang berkelanjutan.

Adanya tambang batu bara juga dapat memunculkan masalah baru untuk lingkungan di kawasan Bentang Alam Seblat. Khususnya masyarakat terdampak di wilayah tersebut.

Juru Bicara Aksi, Olan Sahayu mengatakan tambang batu bara dapat meruntuhkan daya dukung dan daya tampung bentang seblat sehingga merugikan banyak pihak.

Hal ini dapat merugikan petani, karena ancaman banjir bandang di wilayah persawahan dan kebun masyarakat.

"Kami hanya meminta kepada menteri untuk tidak bermain-main dengan keselamatan bentang seblat. Terlalu banyak korban yang akan jatuh jika bentang seblat hancur seperti habitat satwa. Serta aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup warga. Yang bergantung di wilayah bentang Seblat," kata Olan.

Tambang = Masalah

Lanjut Olan, jangan sampai tambang batu bara di kawasan tersebut menimbulkan permasalahan baru.

Seperti PLTU Teluk Sepang, dan beberapa perusahaan lain. Yang pada akhirnya, hanya menanamkan bibit permasalahan baru di Bengkulu.

Yang sampai saat ini, belum mampu dituntaskan oleh pemerintah pusat dan daerah.

Respi Candra Pratama Koordinator Pusat koordinasi Daerah Mahasiswa Pecinta Alam se Provinsi Bengkulu menyatakan,  kawasan bentang alam seblat adalah rumah terakhir gajah tersisa.

“Selamatkan bentang alam Seblat jangan sampai gajah hanya dianggap mitos oleh generasi selanjutnya,” pungkasnya.(tok)

Tags :
Kategori :

Terkait