BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Menelusuri jejak kelistrikan di Bengkulu memang tidak lepas dari peran besar penjajah Belanda yang mulai mencengkramkan kekuasaannya sejak 1825, pasca Traktat London 17 Maret 1824.
BACA JUGA:HLN ke-78 Meriah, Listrik di Bengkulu Ternyata Sudah Ada Sejak 1927, Jauh Sebelum Indonesia Merdeka
Ketika itu, pasokan listrik memang belum menyentuh seluruh daerah dan masyarakat di Provinsi Bengkulu seperti saat ini. Pasokan listrik masih terbatas, sekalipun distribusi arus listrik sudah dibuka untuk umum melalui s'Lands Waterkracht Bedriven (LWB) pada 1927. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan listrik negara era Belanda.
BACA JUGA:Fun Run HLN ke-78 di Bengkulu Sukses! Listrik adalah Jantung Indonesia
Belanda ketika itu masih memenuhi kebutuhan utama kelistrikan untuk perusahaan pertambangan emas mereka yang ada di Bengkulu. Ada 2 perusahaan emas Belanda pada masa itu, adalah Mijnbouw Maatschappij Lebong dan Mijnbouw Maatschappij Siamu.
BACA JUGA:MG4 EV Mobil Listrik Sporty Buatan Eropa Sudah Mengaspal di Indonesia, Cek Spesifikasinya!
Kedua perusahaan ini menguasai penuh beberapa lokasi pertambangan diantaranya tambang emas Rejang Lebong tahun 1897. Bahkan bukan hanya itu, Belanda juga memprioritaskan kelistrikan di tambang emas Lebong Sulit tahun 1900. Juga tambang emas di Lebong Tandai 1901 dan tambang emas di Tambang sawah serta di Lebong Simpang pada tahun 1907.
BACA JUGA:WOW! Sepeda Motor Listrik Motron Cubertino Bagai Titisan Honda Super Cub di Era Modern
Operasional pertambangan emas Belanda melalui 2 perusahaan tersebut, menghasilkan ratusan ton emas dan perak yang berhasil dikeruk dan dibawa ke Eropa. Besarnya emas dan perak yang berhasil dikeruk dari bumi Bengkulu kala itu, tentunya membutuhkan suplay listrik yang besar pula.
BACA JUGA:Bakal Jadi Idola Baru, Mobil Listrik Wuling Cloud EV Siap Mengaspal di Indonesia
Data dihimpun rakyatbengkulu.com, menyebutkan setiap tahunnya dulu pemerintah Belanda berhasil mengeruk ratusan ton emas dan perak dari beberapa lokasi yang dikuasai kedua perusahaan milik Belanda tersebut. Pengerukan emas dan perak itu berlangsung kurun waktu 45 tahun sejak 1896-1941.
BACA JUGA:Terbaru! Begini Cara Membayar Listrik Melalui ATM BRI
Waktu pengerukan emas yang panjang itu pun menghantarkan warga di kawasan pertambangan emas surplus akan listrik. s'Lands Waterkracht Bedriven (LWB) yang dibentuk pada 1927, memenuhi kebutuhan listrik secara maksimal. LWB memanfaatkan sumber air sungai sekitar sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pada akhirnya disebut PLTA Tes Bengkulu.
BACA JUGA:Jangan Terlalu Banyak Memakai Produk Skincare Berbeda, Fungsinya Melindungi Kulit
Pilihan s'Lands Waterkracht Bedriven (LWB) untuk sumber air PLTA Tes Bengkulu adalah sungai Lusang yang jernih. Aliran sungai ini bertepatan dengan Lebong Tandai yang merupakan salah satu wilayah penghasil emas yang menjadi garapan 2 perusahaan pertambangan emas Belanda kala itu. Lebong Tandai adalah salah satu desa di Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.