Komoditas utama perdagangannya, beras, kapas dan perak, gaharu, kapur barus, cula gajah, timah dan emas dan lain-lain.
Selain menjalin hubungan dengan Tiongkok dan India, kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan bangsa Arab.
Ini dibuktikan dengan adanya pertukaran surat antara Raja Indrawarman dengan Kalifah Umar bin Abdul Aziz dari Ummayah di tahun 718 masehi.
Bentuk pemerintahan Kerajaan Sriwijaya Kemaharajaan Talasokrasi, yang berarti kerajaan yang berkuasa atas lautan di wilayahnya. Ini dibuktikan dengan kekuasaannya atas selat Malaka.
BACA JUGA:Makin Banyak Digemari, Burung Cucak Congkok Mirip Cucak Hijau
Tidak hanya itu, pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya terasa sampai ke Madagaskar benua Afrika.
Sebuah tes DNA membuktikan bahwa penduduk Madagaskar merupakan keturunan pelaut dari Kerajaan Sriwijaya yang berlayar ke daerah itu 1.200 tahun yang lalu.
Ini juga dibuktikan dengan kemiripan beberapa kata dalam bahasa Malagasy dengan bahasa Melayu, contohnya Aho dengan Aku, Tady dengan Tali, tandroka dengan tanduk, aty dengan hati, feno dengan penuh, taaona dengan tahun.
Dari catatan Tiongkok dan Arab bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan pusat perdagangan dan pusat pembelajaran agama Budha Vajrayana di Asia Tenggara.
BACA JUGA:Tampilan Desain Futuristik, Sepeda Motor Listrik Polytron EVO FOX-R Dibanderol Rp13,5 Juta
Disebutkan juga masyarakatnya kompleks terstratifikasi, kosmopolitan dan makmur yang memiliki cita rasa tinggi dalam kesenian, sastra dan budaya.
Kehandalan Kerajaan Sriwijaya dalam bidang seni dibuktikan dengan ditemukannya patung-patung Budha serta candi-candi yang ditemukan di wilayah kekuasaannya.
Catatan pada prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya membuktikan bahwa bahasa yang digunakan ialah bahasa Melayu kuno yang merupakan bahasa nenek moyang bahasa Indonesia dan Malaysia.
Yang mana di abad ke 7 masehi, bahasa Melayu sudah menjadi lingua Franca di Nusantara dan dipakai banyak orang dari berbagai daerah.
Warisan paling penting dari Kerajaan Sriwijaya ini ialah bahasa yang digunakan berbeda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa yang mana prasasti mereka ditulis menggunakan bahasa Sanskerta, sedang di Kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa Melayu kuno.