BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Lontong merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun pisang atau plastik, yang selanjutnya direbus hingga matang.
Berdasarkan catatan sejarah, Lontong ini mulai populer di masa Sunan Kalijaga.
Pada saat itu beliau menyiarkan ajaran agama Islam di abad ke 15 sampai ke 16 masehi.
Diketahui Sunan Kalijaga menjadikan lontong ini sebagai budaya Jawa dan sekaligus filosofi yang menyatu dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
BACA JUGA:Wisata Kuliner 3 Tempat Lontong Tunjang Khas Bengkulu Cocok Untuk Sarapan Pagi
Selanjutnya di dalam bahasa Jawa dan Sunda, lontong atau ketupat ini disebut dengan nama kupat.
Yang memiliki arti mengaku salah atau mengakui kesalahan.
Di zaman pra Islam, kelapa dan beras ini sebagai sumber daya alam yang dijadikan makanan oleh masyarakat di masa itu.
Di Bali hingga sekarang masih menggunakan lontong, atau yang disebut tipat di dalam ritual pemujaan mereka.
Adapun hal ini menunjukkan kalau lontong ini telah ada sejak zaman Hindu-Budha tersebar di Nusantara ini.
Pada permukaan luar lontong biasanya memiliki warna coklat atau hijau gelap.
Sementara pada bagian dalamnya memiliki warna putih.
Hal ini dikarenakan lontong di kukus dengan cara dibungkus oleh daun pisang atau pada saat ini ada juga yang memakai plastik.
BACA JUGA:Kamu Harus Coba! Tips Make Up Lebaran Terbaru untuk Tampil Memukau